Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Meredup, Dibayangi Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga Lebih Awal

Harga produsen Amerika Serikat (AS) memicu ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan menjelang pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve (the Fed).
Ilustrasi emas batangan/ Bloomberg
Ilustrasi emas batangan/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas mengalami penurunan pada akhir perdagangan Selasa (14/12/2021).

Koreksi tersebut terjadi setelah lonjakan harga produsen Amerika Serikat (AS) memicu ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari perkiraan menjelang pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve (the Fed).

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, jatuh US$16 atau 0,89 persen, menjadi ditutup pada US$1.772,30 per ounce. Emas spot juga merosot 0,9 persen menjadi diperdagangkan di US$1.771,66 per ounce pada pukul 18.40 GMT.

Sehari sebelumnya, Senin (13/12/2021), emas berjangka terkerek US$3,5 atau 0,2 persen menjadi US$1.788,30, setelah terdongkrak US$8,1 atau 0,46 persen menjadi US$1.784,80 pada Jumat (10/12/2021).

Harga-harga produsen AS meningkat lebih tinggi dari yang diperkirakan pada November karena kendala pasokan terus berlanjut, mendukung pandangan bahwa inflasi dapat tetap tinggi secara tidak nyaman untuk beberapa waktu.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (14/12/2021) bahwa indeks harga produsen AS naik 0,8 persen pada November setelah kenaikan bulanan 0,6 persen pada Oktober, angka bulanan tertinggi dalam empat bulan. Angka tersebut melebihi perkiraan kenaikan rata-rata 0,5 persen oleh para ekonom.

David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, mengatakan harga-harga produsen lebih tinggi dari yang diperkirakan, menunjukkan inflasi yang berkelanjutan, dan emas dipandang sebagai lindung nilai inflasi.

"Namun, pada kenyataannya, kami melihat kebalikannya di mana inflasi panas bisa berarti kenaikan suku bunga lebih cepat. Inilah mengapa inflasi disebut pedang bermata dua,” katanya dilansir Antara, Rabu (15/12/2021).

Kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

"Pelaku pasar akan memantau dengan cermat pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mendatang untuk melihat bagaimana bank sentral bereaksi terhadap inflasi yang meningkat, yang akan menghasilkan kemungkinan pergerakan harga yang lebih besar," kata analis UBS, Giovanni Staunovo.

The Fed memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari pada Selasa (14/12/2021). Diperkirakan akan mengumumkan bahwa mereka menghentikan stimulus pembelian obligasi lebih cepat dari yang dikomunikasikan sebelumnya, berpotensi menyiapkan kenaikan suku bunga lebih awal tahun depan.

"Jika The Fed meningkatkan langkah untuk tapering, ini kemungkinan akan menghukum harga emas karena dolar menguat, imbal hasil naik, dan ekspektasi kenaikan suku bunga melonjak," kata analis FXTM Lukman Otunuga dalam sebuah catatan.

Bank Sentral Eropa, Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Jepang juga telah menjadwalkan pertemuan minggu ini.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret turun 40,4 sen atau 1,81 persen, menjadi ditutup pada US$21,924 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun US$13,7 atau 1,48 persen, menjadi ditutup pada US$910,90 per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper