Bisnis.com, JAKARTA – Kurs rupiah terpantau melemah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada hari ini, Senin (6/12/2021).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia hari ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.441 per dolar AS, turun 33 poin atau 0,23 persen dari posisi akhir pekan lalu (6/12/2021) Rp14.408 per dolar AS.
Selain itu, berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,16 persen atau 22,5 poin ke posisi Rp14.442 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS terpantau menguat 0,20 persen ke level 96,31 pada pukul 15.20 WIB.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengungkapkan ketidakpastian seputar varian omicron Covid-19 dan ekspektasi data inflasi AS yang lebih panas meningkatkan tekanan pada suku bunga.
“Pasar treasury juga bergejolak dalam beberapa sesi terakhir, dengan kurva imbal hasil AS mendatar tajam di atas ekspektasi bahwa Federal Reserve AS akan bergerak terlalu cepat untuk mengekang inflasi dan pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” jelas Ibrahim dalam riset hariannya, Senin (6/12/2021).
Ibrahim melanjutkan, hasil laporan pekerjaan AS pada Jumat lalu yang beragam, memperkuat pandangan tentang pengurangan aset The Fed yang cepat. Di mana non-farm payrolls berada di 210.000 pada November, lebih rendah dari posisi 550.000 dalam perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com dan level 546.000 bulan sebelumnya. Lalu tingkat pengangguran turun menjadi 4,2 persen, terendah dalam 21 bulan.
Baca Juga
Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah saat ini murni dipengaruhi oleh faktor global, khususnya penyebaran varian baru Covid-19 omicron dan kebijakan bank sentral AS.
"Meski demikian, pelemahan nilai tukar rupiah masih terjaga dibandingkan dengan negara berkembang lainnya,” ujarnya.
Dia menyampaikan bahwa Bank Indonesia (BI) terus berada di pasar dan menjamin ketersediaan valuta asing untuk mencukupi kebutuhan investor, sehingga nilai tukar rupiah akan dijaga sesuai level fundamental.