Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas global bergerak fluktuatif pada Senin (22/11/2021) usai pejabat bank sentral AS Federal Reserve mengatakan perlu mempercepat pengetatan moneter dan memicu dolar AS terbang sehingga menekan harga emas.
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (22/11/2021) pada 13.31 WIB, harga emas Comex tercatat turun 4,60 poin atau 0,25 persen ke US$1.849,70 per troy ons. Sementara itu, harga emas spot juga melemah 0,78 poin atau 0,04 persen ke US$1.844,95 per troy ons.
Tim Riset Monex Investindo Futures mengatakan, pelemahan harga emas sejak akhir pekan lalu disebabkan adanya isu pengetatan dari salah satau anggota The Fed.
“Christoper Waller, Pejabat The Federal Reserve AS pada pidato Jumat lalu menyebutkan perlunya pelaksanaan tapering yang lebih cepat dan pengetatan moneter untuk menjaga ekonomi AS, memicu dolar AS menguat,” tulisnya dalam riset harian.
Adapun, indeks dolar AS hari ini menguat 0,09 poin atau 0,09 persen ke posisi 96,12.
Sebelumnya The Fed sudah melaksanakan tapering secara bertahap dari stimulus moneter yang berjalan, dan direncanakan akan berakhir pada pertengahan 2022. The Fed juga menyebutkan akan menaikkan suku bunga acuannya pada akhir 2022 mendatang.
Baca Juga
Kekhawatiran tingginya inflasi di AS juga memicu spekulasi kenaikan suku bunga yang lebih cepat dari rencana sebelumnya, mendukung dolar AS menguat. Sementara harga emas masih bisa bertahan karena bisa digunakan sebagai lindung nilai dari ancaman inflasi.
“Malam nanti data Existing Home Sales AS pukul 22:00 WIB berpeluang menjadi penggerak harga,” tambahnya.
Pada hari ini, harga emas berpotensi dibeli menguji resistance US$1.851 per troy ons. Selama harga bertahan di atas level US$1.842. Namun, jika turun ke bawah level tersebut, emas berpeluang dijual menguji support di US$1.838 per troy ons.