Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom menilai kinerja pasar sukuk di Indonesia sepanjang tahun ini sangat baik meski dari sisi outstanding masih mengalami penurunan. Kinerja positif tersebut diperkirakan akan terus berlanjut hingga tahun mendatang.
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C. Permana menganalisa bahwa dengan melihat risiko yang ada pada tahun 2022, sukuk di dalam negeri bisa menjadi pilihan yang menarik untuk para investor.
“Kalau kinerjanya sejauh ini sangat bagus ya, dalam artian, setiap lelang primer lelang sukuk pasti terserap melulu, apalagi penyerapannya di tahun ini sangat baik,” ungkap Fikri kepada Bisnis, Selasa (16/11/2021).
Berdasarkan data yang telah diolah dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, dari 21 satu kali lelang surat berharga sukuk negara (SBSN) tahun ini, pemerintah berhasil mengumpulkan Rp787,47 triliun penawaran.
Di mana dari jumlah penawaran tersebut, pemerintah lalu memenangkan sebesar Rp182,14 triliun. Adapun, penawaran tertinggi terjadi pada 27 Juli 2021 dan 7 September 2021 dengan masing-masing bernilai Rp56,69 triliun dan Rp56,6 triliun.
Namun jika melihat dari sisi outstanding, Fikri mengungkapkan memang terdapat penurunan posisi dari sukuk obligasi sebesar Rp10,5 triliun.
Baca Juga
Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan, nilai akumulasi penerbitan sukuk korporasi hingga September 2021 adalah sebesar Rp65,41 triliun. Sementara, nilai outstanding sukuk korporasi pada periode yang sama senilai Rp37,16 triliun.
Fikri pun menyampaikan penurunan outstanding tersebut dikarenakan beberapa aksi pembayaran utang, sehingga ke depan dengan pemulihan perekonomian, aset sukuk juga dinilai akan membaik begitu juga dengan nilai outstanding sukuk.
“Tapi mungkin ke depan dengan perekonomian yang sudah pulih. Biasanya kalau sukuk kan ada aset yang jadi underlying ya, aset underlying sudah mulai membaik kembali sehingga mungkin bisa digunakan sebagai penjaminan sukuk yang bisa diterbitkan ke depan,” jelas Fikri.
Meski terjadi penurunan, Fikri mengungkapkan bahwa kondisi underlying sukuk di Indonesia saat ini masih bagus, dan dia percaya bahwa underlying sukuk sudah dalam masa pemulihan.
Oleh sebab itu, pemulihan ekonomi juga akan memicu membaiknya nilai outstanding sukuk di Tanah Air maupun global yang juga akan menarik minat para investor untuk ikut berinvestasi di sukuk.
Selain itu, Fikri mengungkapkan bahwa dengan risiko yang masih ada pada tahun mendatang, investasi sukuk menurutnya akan lebih nyaman dan menjadi pilihan bagi investor.
Hal ini juga didorong oleh kondisi di Indonesia yang mayoritas muslim, dan sukuk menjadi satu-satunya pilihan bagi investor tersebut. Fikri menyatakan keadaan tersebut juga turut mendorong permintaan terhadap sukuk di Indonesia.
“Karena memang demand-nya memang sudah terbentuk sendiri,” ungkapnya.