Bisnis.com, JAKARTA – Bagi para investor pemula, istilah Return on Equity (ROE) mungkin masih asing. Namun sebenarnya, ROE menjadi salah satu pertimbangan penting saat memilih saham.
Berdasarkan berbagai informasi yang dihimpun Bisnis pada Rabu (17/11/2021), ROE dalam pasar saham merupakan jumlah pendapatan bersih emiten per dana investor yang masuk.
ROE menjadi salah satu unsur yang bisa digunakan investor sebagai parameter untuk mengetahui sejauh mana perseroan mampu mengelola permodalan dari investornya.
Jika nilai ROE semakin besar, maka reputasi perusahaan akan meningkat di mata pelaku pasar modal karena artinya perusahaan mampu memanfaatkan bantuan modal dengan sebaik-baiknya.
Terdapat dua hal yang dapat mempengaruhi nilai ROE sebuah emiten yaitu net income atau laba bersih. Patokan ini sering dijadikan sebagai parameter kinerja perseroan dan equity atau ekuitas yaitu total modal yang merepresentasikan kepemilikan seseorang atas aset perseroan.
Melalui parameter tersebut, nilai ROE dapat dihitung dengan cara membagi laba bersih sesudah pajak dengan ekuitas perseroan lalu dikalikan dengan 100 persen sehingga dari situ menghasilkan persentase ROE.
Baca Juga
Nilai ROE memiliki beberapa fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh para investor, diantaranya digunakan untuk melakukan analisis sehingga bisa diketahui apakah modal yang dikeluarkan oleh perusahaan selama ini sudah efektif atau belum.
Selain itu juga bisa dijadikan sebagai pembanding antar emiten yang akan diinvestasikan. Jika investor tertarik dengan dua atau lebih perseroan dengan lini bisnis serupa, investor bisa membandingkan nilai masing-masing ROE emiten.
Fungsi lainnya adalah mengukur tingkat efisiensi modal perusahaan selama periode tertentu. Adapun bagi emiten, nilai ROE juga bisa digunakan untuk memutuskan ekspansi bisnisnya.
Secara umum, faktor-faktor yang bisa mempengaruhi ROE yaitu rasio aktivitas, rasio utang, dan rasio likuiditas perseroan.