Bisnis.com, JAKARTA – Pemulihan daya beli masyarakat dan pelonggaran PPKM akan menjadi penopang utama perbaikan kinerja emiten-emiten di sektor unggas hingga akhir 2021.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio pada Senin (15/11/2021) menjelaskan, berkaca dari laporan keuangan di kuartal III/2021, rata-rata emiten sektor unggas menorehkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang cukup baik.
Ia menngatakan, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar Rp32,8 triliun atau naik sekitar 31 persen dibandingkan dengan kinerja pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, torehan laba bersihnya meroket ke angka Rp1,5 triliun berbanding dengan laba kuartal III/2020 sebesar Rp257 miliar.
PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) juga mencatat pertumbuhan kinerja pada kuartal III. MAIN bahkan mampu membalikkan keadaan dengan positif laba bersih sebesar Rp18,6 miliar dimana pada periode yang sama tahun lalu mencatat kerugian.
Sementara itu, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) mencetak pertumbuhan laba bersih sebesar Rp2,67 trilun atau naik sekitar 17%. Kenaikan ini terjadi ditengah penurunan pendapatan perusahaan.
Sementara itu, PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) tergolong memiliki pertumbuhan kinerja yang sangat baik meski belum memiliki data komparasi kinerja tahunan. Hingga kuartal III/2021, WMUU telah mencetak omset sebesar Rp2,1 triliun dengan laba bersih Rp144 miliar.
Baca Juga
Meski demikian, Frankie menyebutkan, rata-rata saham sektor unggas cenderung lesu menjelang akhir tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sentimen kenaikan harga jagung dunia dan turunnya harga hasil peternakan seperti telur dan ayam pedaging.
Selain itu, Frankie menilai kinerja emiten sektor unggas ini tidak terlalu optimal di kuartal III ini. Ia mencontohkan, laba bersih MAIN tergerus pada kuartal III walau pendapatannya bertumbuh, jika dibandingkan dari kuartal I dan II tahun ini.
“Demikian halnya yang terjadi pada kinerja JPFA dan CPIN. Jadi terjadi kenaikan biaya pokok produksi pada kinerja sektor unggas ini pada kuartal III, hal inilah yang dirasa kuat membuat saham-saham sektor ini malah lesu,” katanya.
Di sisi lain, penurunan harga saham-saham ini juga membuat sektor unggas menjadi cukup menarik. Hal ini juga ditopang oleh prospek kinerja emiten pada sektor ini yang cukup positif di sisa tahun 2021.
Salah satu sentimen positif yang mendukung kinerja emiten unggas adalah posisi ayam sebagai sumber protein utama bagi masyarakat Indonesia. Hal ini berpeluang mengangkat pendapatan perusahaan-perusahaan.
Lebih lanjut, pelonggaran PPKM dan membaiknya mobilitas masyarakat juga akan semakin meningkatkan permintaan terhadap hasil-hasil peternakan. Hal ini seiring dengan kembali dibukanya pusat-pusat perbelanjaan, rumah makan, dan kafe yang membutuhkan produk-produk seperti telur, daging ayam, dan lainnya.
“Pelonggaran tersebut juga akan memulihkan daya beli masyarakat sehingga berimbas pada outlook positif emiten unggas,” lanjutnya.
Frankie merekomendasikan investor untuk mencermati saham JPFA karena potensi upside-nya yang masih cukup besar. Ia mengatakan, investor dapat melakukan buy on weakness saham JPFA pada level support Rp1.600 dengan target harga Rp1.900 – Rp2.000.