Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas jatuh pada akhir perdagangan Selasa (2/11/2021), terseret penguatan dolar AS dan pasar saham menjelang pertemuan Federal Reserve AS yang sangat ditunggu-tunggu.
Dilansir dari Antara, kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange ditutup melemah 6,4 poin atau 0,36 persen ke level US$1.789,40 per troy ounce. Sehari sebelumnya, Senin (1/11/2021), emas berjangka menguat 11,9 poin atau 0,67 persen menjadi US$1.795,80.
Analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan reli pasar saham menjelang pernyataan The Fed pada Rabu waktu setempat terus membebani aset safe-haven seperti emas.
“Namun, kekhawatiran baru-baru ini atas inflasi telah membatasi penurunan emas dan membantu minat beli,” ungkap Wyckoff.
Emas digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi, pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga cenderung mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, sehingga meningkatkan peluang kerugian karena memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.
The Fed diperkirakan akan menyetujui rencana untuk mengurangi program pembelian obligasi pada Rabu, ketika menyimpulkan pertemuan kebijakan dua harinya.
Baca Juga
"Saya perkirakan The Fed akan mengumumkan dimulainya tapering tetapi saya tidak melihat mereka memberikan waktu spesifik seputar kenaikan suku bunga," kata analis komoditas Commerzbank Carsten Fritsch.
"Itu dapat menyebabkan beberapa kekecewaan karena pelaku pasar mengharapkan sesuatu yang lebih spesifik yang dapat mendorong emas menuju 1.800 dolar AS per ounce atau bahkan lebih dari itu."
Indeks dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya menguat, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Pasar juga akan mengawasi pertemuan kebijakan bank sentral Inggris (BoE) pada Kamis (4/11/2021).
"Minggu depan bisa bergejolak untuk harga emas ... logam kuning kemungkinan akan dipengaruhi oleh pergerakan dolar, imbal hasil obligasi pemerintah, ekspektasi inflasi dan sentimen risiko global," Lukman Otunuga, analis riset senior di FXTM, mengatakan dalam sebuah catatan.