Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Melesat, Dolar AS Melempem

Mayoritas mata uang Asia, termasuk rupiah mengalami penguatan saat indeks dolar AS melemah.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah mengawali perdagangan dengan penguatan 0,30 persen atau 42,50 poin ke Rp14.067,50 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,19 persen ke 93,77 hingga 09.46 WIB. Mata uang Asia terhadap dolar AS mayoritas melaju positif. 

Berdasarkan data Bloomberg, yen Jepang terpantau menguat 0,10 persen, won Korea Selatan naik 0,47 persen, yuan China menanjak 0,20 persen, peso Filipina terapresiasi 0,19 persen, dan bath Thailand terkerek 0,45 persen.

Ekonom Senior Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan pada Selasa (19/10/2021), pergerakan nilai tukar rupiah akan dipengaruhi hasil rapat dari Dewan Gubernur BI untuk penentuan suku bunga acuan BI. Meskipun, sebenarnya hasil dari rapat Dewan Gubernur BI ini ada peluang sudah diantisipasi terlebih dahulu oleh pasar.

“Saya perkirakan nilai tukar rupiah masih akan melemah dengan perkiraan pergerakan di kisaran Rp14.111- Rp14.115," kata Yusuf.

Adapun, tim Riset Monex Investindo Futures (MIFX) menyebutkan pelemahan dolar AS muncul lantaran laporan industrial production dan capacity utilization rate AS yang dirilis di bawah ekspektasi. Padahal sebelumnya, dolar AS sempat menguat karena tingginya tingkat imbal hasil obligasi AS.

Mengutip Antara, dolar AS sedikit melemah pada akhir perdagangan Senin waktu setempat, setelah data menunjukkan produksi di pabrik-pabrik AS mencatat penurunan terbesar dalam tujuh bulan pada September.

Penurunan tersebut menghapus kenaikan sebelumnya di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin lebih dekat untuk menaikkan suku bunga daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Produksi manufaktur AS terpukul karena kekurangan semikonduktor global yang berkelanjutan menekan produksi kendaraan bermotor, memberikan bukti lebih lanjut bahwa kendala pasokan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Gangguan pasokan menambah kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi dan menambah ekspektasi bahwa bank sentral AS perlu bertindak untuk mengatasi kenaikan harga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper