Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki bulan Oktober 2021, harga saham PT Bukalapak.com Tbk. terus mengalami koreksi dari posisi Rp850 menjadi Rp700.
Dengan demikian, harga saham Bukalapak sudah melemah 17,64 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan harga penawaran umum.
Menanggapi hal ini, Direktur Bukalapak.com Teddy Oetomo mengatakan pergerakan harga saham di luar kemampuan manajemen untuk mengendalikannya.
Akan tetapi, Teddy berjanji kepada pemegang saham untuk terus meningkatkan performa fundamental. “IPO kami lakukan di kuartal III sehingga punya amunisi tambahan yang dipakai dengan baik untuk mengoptimalkan pertumbuhan,” katanya Selasa (19/10/2021).
Selain itu, Teddy mengungkapkan jika sejak IPO harga saham Bukalapak sedang mengalami diskon. Pasalnya, emiten berkode saham BUKA itu menggunakan matriks total processing value (TPV) sebagai acuan. Sementara berkaca dari industry, kebanyakan pemain menggunakan matriks gross merchandise value (GMV).
Teddy menyatakan dari GMV ke TPV terdapat penurunan valuasi sebesar 23 persen. “Kalau kami menggunakan GMV [saat ini] valuasi lebih murah daripada pakai TPV,” ungkapnya.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Utama Bukalapak.com Rachmat Kaimuddin mengatakan BUKA memilih TPV sebagai matriks acuan karena dianggap lebih menggambarkan kinerja perseroan.
“Kalau di luar mungkin otomatis terbayarkan karena terhubung dengan kartu kredit atau e-wallet. Tapi kalau disini harus bayar lewat virtual akun atau ATM,” katanya.
Rachmat menambahkan saat menetapkan harga IPO, perseroan melewati diskusi yang panjang dan kompleks. Menurutnya perseroan telah berkonsultasi dengan seluruh pelaku industry pasar modal sebelum menetapkan harga.
“[Harga IPO] adalah harga yang fair buat investor,” katanya.
Di sisi lain pergerakan saham BUKA pada sesi I perdagangan Selasa (19/10/2021), terpantau turun 0,71 persen menjadi Rp700 per saham. Investor asing tercatat melepas saham BUKA dengan nilai Rp31,75 miliar.