Bisnis.com, JAKARTA – Prospek pemulihan indeks Jakarta Islamic Index (JII) masih cukup terbuka hingga akhir tahun seiring membaiknya kinerja saham-saham bluechip yang menjadi anggota daftar tersebut.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), JII terpantau turun 0,23 persen pada level 583,70 pada perdagangan Jumat (15/10/2021). Hal ini menjadikan JII sebagai salah satu indeks dengan koreksi terdalam sejauh ini, yakni 7,41 persen secara year to date (ytd).
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan, pergerakan JII masih terpaut cukup cukup jauh bila dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat di zona hijau secara ytd 10.94 persen.
Frankie memaparkan, pada semester I tahun ini, IHSG masih tergolong stabil karena ditopang oleh saham-saham bank mini dan digital, serta masuknya saham BUKA. Sementara itu, indeks JII yang memiliki komposisi saham yang berfundamental kuat dan berkapitalisasi besar cenderung lesu seiring dengan koreksi pada saham-saham tersebut.
“Hal ini yang membuat JII tertekan sepanjang semester I/2021,” jelasnya saat dihubungi pada pekan ini.
Meski demikian, dia mengatakan kinerja JII pada awal semester II/2021 mulai menguat dari level terendahnya tahun ini pada 523.78 di bulan Agustus kemarin. Dari data penutupan bursa Jumat (15/10/2021) kemarin, JII ditutup pada level 583,05.
Baca Juga
Artinya, JII mengalami apresiasi sekitar 10 persen atau hampir sejalan dengan kenaikan IHSG dari periode Agustus hingga penutupan perdagangan akhir pekan ini.
Frankie memprediksi, pergerakan JII di sisa tahun 2021 akan sejalan dengan kenaikan IHSG yang ditopang oleh saham-saham bluechip dengan kinerja yang stabil dan bertumbuh. Apalagi, saham-saham dalam JII sendiri rata-rata telah terapresiasi akibat pemulihan ekonomi dan harga komoditas dunia yang terus naik.
“Perlu diperhatikan bahwa emiten-emiten yang bisa masuk dalam indeks JII memiliki total utang yang berbasis bunga dibandingkan total aset tidak lebih dari 45 persen, sehingga saham-saham JII sangat baik dari segi fundamental dan cukup aman,” jelas Frankie.
Hingga akhir 2021, peluang JII menembus level 600 masih cukup terbuka seiring dengan tren positif saham-saham blue chip tersebut. Frankie memprediksi, JII akan bergerak pada rentang 610 – 630 di sisa tahun ini.
Sementara itu, Frankie merekomendasikan investor untuk mencermati saham pada sektor semen. Ia menjagokan saham INTP dengan target Rp11.000 - RP13.000 dan SMGR pada level Rp9.000 - Rp10.000.
Menurutnya, kedua saham tersebut belum menguat secara signifikan bila dibandingkan dengan saham-saham lain khususnya sektor pertambangan dan energi.
“Seiring pemulihan ekonomi, banyak proyek bakal kembali berjalan dan ini akan berimbas positif untuk keduanya,” pungkasnya.