Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS melemah untuk sesi kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Jumat (1/10/2021) waktu setempat, mengikuti penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Mengutip Antara, Sabtu (2/10/2021), investor melakukan aksi ambil untung setelah kenaikan tajam baru-baru ini, meskipun pelemahan dolar AS dipandang hanya sementara.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenro 10 terakhir di 1,484 persen, turun hampir enam basis poin. Untuk minggu ini, indeks dolar mencatat persentase kenaikan terbesar sejak akhir Agustus, karena investor memperkirakan pengurangan pembelian aset Federal Reserve pada November dan kemungkinan kenaikan suku bunga akhir tahun depan.
Sentimen pasar yang berhati-hati karena kekhawatiran Covid-19, keragu-raguan dalam pertumbuhan China dan kemacetan Washington menjelang tenggat waktu yang menjulang untuk mengangkat batas pinjaman pemerintah AS telah memberikan dukungan terhadap dolar.
"Sikap yang lebih hawkish tampaknya menjadi faktor kunci yang mendorong dolar lebih tinggi pada akhir September," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar, di Bannockburn Global Forex.
Dalam perdagangan sore, indeks dolar turun 0,3 persen menjadi 94,046,. Kumpulan data AS pada Jumat (1/10/2021) beragam, menambah pelemahan dolar menjelang akhir pekan.
Baca Juga
Pengeluaran konsumen AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada Agustus, membukukan kenaikan 0,8 persen, tetapi konsumsi lebih lemah dari yang diperkirakan pada Juli. Inflasi tetap tinggi, tapi tidak banyak.
Inflasi inti yang diukur dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), tidak termasuk komponen makanan dan energi yang volatil, naik 0,3 persen pada Agustus, tidak berubah dari bulan sebelumnya.
Di bidang manufaktur, data lebih optimistis. Institute for Supply Management (ISM) mengatakan indeks aktivitas pabrik nasional meningkat menjadi 61,1 bulan lalu dari 59,9 pada Agustus.
Di mata uang lain, euro naik 0,1 persen menjadi 1,1595 dolar, jatuh sekitar 1,1 persen untuk minggu ini, persentase penurunan terbesar sejak pertengahan Juni.
Yen bangkit kembali terhadap dolar dari level terendah 19 bulan semalam, dengan greenback terakhir melemah 0,2 persen pada 111,105 yen.
Mata uang komoditas juga menguat terhadap dolar AS pada Jumat (1/10/2021). Dolar Australia naik 0,6 persen menjadi 0,7270 dolar AS dan merosot 3,6 persen pada kuartal ketiga - kinerja terburuk mata uang G10 terhadap dolar - karena harga ekspor utama Australia, bijih besi, turun tajam.
Sterling juga berkinerja buruk pada kuartal lalu, jatuh 2,5 persen, dan membukukan minggu terburuknya dalam lebih dari sebulan, di tengah meningkatnya masalah rantai pasokan. Sterling terakhir naik 0,6 persen meskipun di 1,3552 dolar, tepat di atas level terendah 9 bulan di 1,3516 dolar.
Di pasar uang kripto, Bitcoin naik ke level tertinggi hampir dua minggu di bawah US$48.000. Bitcoin terakhir naik 9,4 persen pada US$47.902. Analis mengutip faktor musiman, dengan kuartal keempat biasanya dipandang sebagai periode bullish untuk aset digital.
Koin Ether dan XRP yang lebih kecil, yang cenderung bergerak bersama-sama dengan Bitcoin, masing-masing naik hampir 10 persen pada US$3.294 dan naik 8,2 persen pada US$1,0299.