Bisnis.com, JAKARTA — Komisaris Independen PT Pelayaran Tempura Emas Tbk. (TMAS) Theo Lekatompessy menyebutkan sejumlah masalah yang mengadang industri logistik pelayaran dalam negeri.
Theo mengungkapkan banyak perusahaan yang meributkan soal kontainer langka, karena banyak dari merekan yang ekspor barang dengan harga murah.
"Karena kalau perusahaan besar dilihat-lihat kan nggak pernah ada yang ribut. Kita harus lihat problemnya kelangkaan dan harganya mahal," katanya kepada Bisnis, Kamis (30/9/2021).
Theo mengatakan yang membuat harga kapal naik adalah karena selama ini perusahaan kapal justru subsidi.
"Kalau dilihat di Indonesia,selama 5 tahun terakhir kenapa kapal murah itu karena subsidi.Temas kalau dilihat dari beberapa tahun terakhir ini itu disubsidi, jadi kenaikan harga itu ekuilibrium harga, setelah subsidi lama, kita tidak tahan juga. Memang transparan jadi ada yang naik," jelasnya.
Di samping itu, barang yang diekspor juga murah. Theo melihat selama ini barang yang diekspor seperti tekstil hanya US$50.000 untuk 1 kontainer. Ada lagi produk lokal seperti tas anyaman dan semacamnya hanya US20.000 per kontainer. Padahal ongkos kirimnya sudah US$1.000-US$2.000, 10 persen dari harga barang.
Baca Juga
"Untuk Temas tidak masalah karena mengangkut bahan pokok untuk 63 pelabuhan di Indonesia dan berkaitan dengan pasar domestik," imbuhnya.
Kendati demikian, memang pasar kapal sedang tidak baik-baik saja. Melihat laporan keuangan 3 tahun terakhir margin Temas di bawah 5 persen.
"Jadi laba itu karena harganya diskon habis-habisan. Persaingan di dalam negeri keras dan kondisi pasar sangat kompetitif. Sekarang, casenya sih tidak ada kekurangan kontainer di dalam negeri namun isunya kenapa biaya logistik nasional tinggi," kata dia.
Ongkos kapal di dalam.negeri, jelas Theo, sangat kecil. Padahal biaya logistik dari pabrik menuju pelabuhan, pelabuhan ke kapal, ke pelabuhan, dibongkar, dan ke perjalanan darat lagi, di daratlah yang tinggi biayanya.
Kembali lagi bahwa sistem pengaturan logistik nasional tidak dipungkiri karena kita negara kepulauan kapal itu penting.
"Tapi harus dilihat, tidak cuma kapal, ada pergudangan, pelabuhan, loading, itu semua harus dihitung," imbuhnya.
Dia berharap pemerintah bisa memperhatikan biaya logistik lebih menyeluruh. Artinya, rantai logistik seperti pergudangan, pelabuhan, truk, dan infrastruktur terkait perlu perhatian.
"Kalau menurut saya secara ekosistem jangan cuma approach kapalnya dimurahin, juga elemen lainnya, pergudangan, pelabuhan dan lainnya. Jangan yang punya kapal disuruh turun harga tapi juga bagaimana pergudangan, infra jalan, perusahaan, truk mahal atau tidak. Kalau di jalan, rusak, dipungli, kena Covid, ya pasti mahal. Ada hal-hal yang di luar kontrol yang sangat berat sehingga kita terpaksa menurunkan harga," tambahnya