Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah melonjak pada akhir perdagangan Rabu (15/9/2021), yang didorong oleh serapan yang lebih besar dari perkiraan dan ekspektasi permintaan yang menguat akibat distribusi vaksin meluas.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober naik US$2,15 menjadi US$72,61 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara, minyak mentah Brent untuk pengiriman November naik US$1,86 menjadi US$75,46 per barel di London ICE Futures Exchange.
Pada awal sesi, minyak Brent sempat menyentuh US$76,13 per barel, harga kontrak tertinggi tertinggi sejak akhir Juli. Stok minyak mentah AS turun pekan lalu ke level terendah sejak September 2019.
Badan Informasi Energi AS (EIA) menyatakan serapan berlanjut setelah Badai Ida yang melanda akhir Agustus menutup banyak kilang dan produksi pengeboran lepas pantai.
Persediaan minyak mentah dan sulingan AS pekan lalu turun lebih dari perkiraan analis, sementara stok bensin juga turun, tetapi sedikit di bawah ekspektasi analis.
Persediaan minyak mentah turun 6,4 juta barel dalam seminggu hingga 10 September menjadi 417,4 juta barel, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 3,5 juta barel.
"Kami telah melihat penarikan minyak mentah dan produk besar yang mendukung kompleks energi," kata Tony Headrick, analis pasar energi di CHS Hedging.
Tony menambahkan badai tropis yang baru saja datang memperlambat upaya pemulihan dari Badai Ida dan pihaknya akan terus melihat dampak dari badai untuk beberapa laporan berikutnya.
Baca Juga : Nikel Melimpah, Kadin Optimistis Indonesia Jadi Produsen Baterai Mobil Listrik Terbesar di Dunia |
---|
Badai Tropis Nicholas bergerak perlahan melalui Pantai Teluk pada Selasa (14/9/2021), meninggalkan ratusan ribu rumah dan bisnis tanpa listrik, meskipun kilang Texas berjalan normal. Kerusakan akibat badai itu terjadi dua minggu setelah Badai Ida menghentikan sejumlah besar kapasitas penyulingan di pantai Teluk.
"Musim badai tahun ini memiliki dampak yang jauh lebih besar dan lebih lama pada keseimbangan minyak global dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," kata Tamas Varga, analis minyak di pialang London PVM Oil Associates.
Harga minyak juga mendapat dukungan dari Badan Energi Internasional (IEA), yang mengatakan pada Selasa (14/9/2021) bahwa peluncuran vaksin yang kuat akan mendorong rebound, setelah penurunan tiga bulan dalam permintaan minyak global karena penyebaran varian virus corona Delta dan pembaruan pembatasan pandemi.
Namun, kenaikan harga minyak dibatasi oleh penurunan proses pengolahan minyak mentah China pada Agustus dengan operasi kilang harian mencapai level terendah sejak Mei 2020 dan produksi pabrik secara keseluruhan melemah.