Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Dibuka Hijau, Asing Borong Saham BBCA BBRI BMRI, RANC Melesat

IHSG pada pukul 09.01 WIB naik 0,39 persen atau 23,74 poin ke level 6133,97 seiring dengan aksi beli asing terhadap saham perbankan jumbo.
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di dekat papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka ke zona hijau pada perdagangan hari ini, Kamis (15/9/2021). Investor asing masih mencatatkan aksi beli bersih atau net foreign buy terutama untuk BBCA, BBRI, dan BMRI.

Pada masa pra pembukaan IHSG naik 0,27 persen atau 16,32 poin ke level 6126,55. Dari konstituen LQ45, sebanyak 24 saham menguat, 1 saham melemah, dan 20 saham lainnya stagnan.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG pada pukul 09.01 WIB naik 0,39 persen atau 23,74 poin ke level 6133,97.

Sebanyak 220 saham menguat, 36 saham merah, 221 saham stagnan dengan kapitalisasi pasar melejit menjadi Rp7513,31 triliun.

Investor asing tetap mencatatkan aksi beli bersih alias net foreign buy sebesar Rp20,36 miliar dengan aksi borong terhadap saham bank swasta, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar Rp9,5 miliar yang membuat sahamnya naik 225 poin atau 0,69 persen ke level Rp32.700.

Saham emiten perbankan lainnya juga turut diborong asing, diantaranya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan ada saham BUMN kontraktor, PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) dengan net buy masing-masing Rp3,1 miliar, Rp1,9 miliar, dan Rp1,7 miliar.

Di sisi lain, investor asing menjual saham PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFIN) dengan net sell Rp1 miliar yang membuat sahamnya masih stagnan di harga 1.100.

Di belakangnya, aksi jual juga terjadi pada saham emiten tambang, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) sebesar Rp511,2 juta dan saham konsumer PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) sebesar Rp320,8 juta.

Saham PT Triniti Dinamik Tbk. (TRUE) menguat paling signifikan hingga 52 poin atau 19,55 persen ke level 318. Di belakangnya, ada emiten ritel yang baru saja diumumkan akan diakuisisi Blibli, yakni PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC) yang melejit 18,18 persen atau 400 poin ke level 2.600.

Saham yang melemah dipimpin PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. (SBMA) yang melemah 6,87 persen atau 32 poin ke level 434. Selain itu, ada emiten jagoan Ust. Yusuf Mansur, PT Berkah Beton Sadaya Tbk. (BEBS) yang turun 5,34 persen.

Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi Taulat menilai faktor eksternal menjadi motor tekanan pergerakan IHSG pasca data inflasi AS dan penjualan eceran Tiongkok yang dibawah ekspektasi membuat ketidakpastian perihal masa depan pemangkasan stimulus the Fed pada perdagangan kemarin.

"Secara teknikal IHSG terkoreksi wajar setelah alami lompatan penguatan dari rebound MA200 dan Break out MA50. Arah momentum masih cenderung positif dari indikator Stochastic dan RSI," jelasnya dalam riset, Kamis (16/9/2021).

Tren pergerakan IHSG masih menguat selama IHSG mampu bertahan di atas zona MA200 yang saat ini berada di kisaran 6069. Dengan demikian, IHSG berpeluang rebound pada perdagangan selanjutnya dengan support resistance 6069-6154. 

Di sisi lain, Bursa Asia berpotensi menguat diperdagangan hari kamis setelah meredanya kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi yang di awal dengan lonjakan saham-saham energy hampir diseluruh dunia. S&P 500 membukukan lompatan terbesar sejak Agustus 2021.

Minyak menguat setelah laporan pemerintah AS menunjukkan penurunan stok minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan. Investor terus menilai prospek pembukaan kembali ekonomi di tengah wabah virus delta dan kenaikan biaya yang dipicu oleh harga komoditas yang lebih tinggi dan gangguan pasokan terkait pandemi.

"PBB mengatakan ekonomi global diperkirakan akan mengalami pemulihan tercepat dalam hampir lima dekade tahun ini, tetapi memperingatkan tentang kesenjangan yang semakin dalam antara negara-negara maju dan berkembang. Sehingga secara sentimen IHSG berpotensi alami penguatan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper