Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab Kinerja Saham Syariah Agustus 2021 Negatif

Berdasarkan laporan Bursa Efek Indonesia (BEI) per bulan Agustus 2021, kinerja ISSI selama periode berjalan atau year to date (ytd) masih turun 0,98 persen yang membuatnya parkir di level 175,75 per 31 Agustus 2021.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (29/6/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja saham syariah melalui Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) masih mencatatkan performa negatif selama tahun berjalan hingga akhir Agustus 2021. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode tersebut telah berangsur membaik. 

Berdasarkan laporan Bursa Efek Indonesia (BEI) per bulan Agustus 2021, kinerja ISSI selama periode berjalan atau year to date (ytd) masih turun 0,98 persen yang membuatnya parkir di level 175,75 per 31 Agustus 2021. 

Sementara pada akhir perdagangan Jumat (10/9/2021), ISSI masih mengalami penurunan kinerja dengan berada di posisi 174,40, di mana pada periode 6 -10 September 2021 turun sebesar 0,49 persen. 

IHSG yang kinerja juga turun dalam sepekan terakhir sebesar 0,52 persen dan parkir di level 6.094,87, secara ytd per Agustus 2021 mencatatkan kinerja positif sebesar 2,86 persen di posisi 6.150,30. 

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan jika IHSG kinerjanya didorong oleh sektor teknologi dan bank digital, ISSI belum bisa ikut menikmati karena yang masuk saham syariah dari sektor tersebut masih terbatas. 

“Jadi kalau dari sisi kinerja, memang sekarang lebih menantang untuk syariah, siklusnya yang sedang naik ini saham-saham yang syariah enggak bisa masuk,” ungkap Wawan saat dihubungi Bisnis, Jumat (10/9/2021).

Di mana dari sektor teknologi, emiten-emiten teknologi kebanyakan tidak bisa masuk dalam indeks syariah lantaran dari sisi rasio utang modal yang tidak lolos dalam kriteria indeks syariah. 

Pada akhirnya, untuk tahun ini Wawan mengungkapkan indeks syariah hanya bisa masuk pada sektor yang memang saat ini kinerjanya tidak terlalu baik. Misalnya indeks sektor properti dan real estat per Agustus 2021 masih mencatatkan kinerja negatif yaitu 15,68 persen. 

Wawan pun mengungkapkan yang menjadi penopang indeks syariah saat ini adalah sektor consumer goods atau telekomunikasi. 

Dia melanjutkan, setidaknya dalam dua hingga tiga tahun kebelakang, saham-saham yang berkembanga adalah saham-saham yang tidak masuk dalam indeks syariah, oleh karena itu kinerjanya memang menurun. 

Namun ia meyakini bahwa ini adalah bagian dari siklus dan adalah sesuatu yang normal, karena beberapa tahun lalu indeks syariah pun pernah berjaya saat sektor komoditas berjaya. 

Wawan pun mengungkapkan bahwa sebetulnya investor, tidak cuma investor muslim yang menjadi salah satu daya tarik adalah kinerja emiten. Salah satu keunggulan saham syariah menurut Wawan adalah kinerja dari emiten secara fundamental baik tetapi pilihannya terbatas. 

“Jadi sepanjang ada sesuatu yang menarik dari investor umum ya bisa juga syariah yang jadi menarik. Nomor satu sih ya itu tadi dari sisi return sih biasanya tipikal investor Indonesia ya tertarik sama return ya,” kata Wawan.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper