Bisnis.com, JAKARTA – Saham emiten anyar PT Indo Oil Perkasa Tbk. menjadi saham paling tinggi pertumbuhannya pada perdagangan 6-10 September.
Emiten berkode saham OILS itu mencatatkan pertumbuhan hingga 126 persen dalam 5 hari perdagangan. Saham OILS naik dari posisi Rp270 menjadi Rp610 per saham. Perseroan adalah produsen dan eksportir minyak kelapa yang berdiri pada tahun 2016 di Mojokerto, Jawa Timur.
OILS memproduksi minyak kopra (crude coconut oil) beserta turunannya, yaitu minyak kelapa olahan (RBD Coconut Oil), serta bungkil kopra (copra meal). Produk-produk emiten yang diberi sandi OILS ini telah dipasarkan ke Sri Lanka, Malaysia dan Tiongkok, dan siap diluncurkan ke negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Pertumbuhan OILS begitu pesat sehingga pada tahun 2020 sudah mampu berada di urutan ke-7 eksportir minyak kopra di Indonesia dengan penjualan hampir mencapai Rp300 miliar atau naik 300 persen dalam tempo lima tahun.
Adapun posisi kedua ditempati oleh emiten anyar juga yaitu PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk. Emiten berkode saham SBMA itu mengalami pertumbuhan sebesar 109 persen menjadi Rp376.
Sebagai informasi SBMA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kimia anorganik gas industri. Perseroan berencana memanfaatkan dana yang diperoleh dari IPO untuk mendukung pengembangan usahanya.
Baca Juga
Sekitar 49,01 persen dana yang diperoleh akan digunakan untuk pengadaan lahan untuk perluasan pabrik. Kemudian 37 persen akan dipakai untuk peningkatan kapasitas produksi seiring dengan permintaan pasar yang besar. Adapun sisa sebanyak 13,99 persennya untuk modal usaha.
Berikut ini adalah 10 saham dengan pertumbuhan terbesar pada 6—10 September 2021, yang dikutip Bisnis Sabtu (11/9/2021):
- PT Indo Oil Perkasa (OILS) 125,93 persen
- PT Surya Biru Murni Acetylene (SBMA) 108,89 persen
- PT Asuransi Maximus Graha Persada (ASMI) 106,56 persen
- PT Inti Bangun Sejahtera (IBST) 63,89 persen
- PT Solusi Tunas Pratama (SUPR) 62,99 persen
- PT Reliance Sekuritas Indonesia (RELI) 54,82 persen
- PT Yelooo Integra Datanet (YELO) 48 persen
- PT Pradiksi Gunatama (PGUN) 38,61 persen
- PT Royalindo Investa Wijaya (INDO) 37,32 persen
- PT Karya Bersama Anugrah (KBAG) 33,33 persen