Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (EIKA) terus memperkuat strategi untuk mengepakkan sayap bisnis di luar negeri. Hal itu dilakukan mulai dari pendalaman ketentuan legal di suatu negara hingga pengembangan jejaring bisnis.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menjelaskan dalam menjalankan suatu proyek, emiten dengan kode saham WIKA ini selalu menekankan konsep BMW yaitu akronim dari Biaya, Mutu, Waktu.
“Artinya, kami selalu berusaha agar setiap proyek yang kami kerjakan memiliki kualitas yang unggul, tetapi tanpa mengorbankan aspek efisiensi dan efektivitas waktu,” kata Agung dalam talkshow Nusantara Go International: Geliat Wijaya Karya di Persaingan Pasar Internasional, Kamis (19/8/2021).
Agung menunjukkan pengalaman perseroan mengerjakan proyek di Dubai dan Aljazair selama dalam kurun 15 tahun silam telah memberikan pelajaran guna menyiapkan strategi yang tepat bagi perseroan untuk masuk ke pasar luar negeri,
Pertama, untuk meningkatkan eksistensi di luar negeri perseroan menyadari bahwa perbedaan, ketentuan legal, dan perizinan usaha konstruksi di negara-negara lain sangat berbeda dibandingkan dengan yang berlaku di Indonesia.
“WIKA harus memahami benar ketentuan perpajakan dan lalu-lintas devisa di sebuah negara. Sebagai contoh, menjadi masalah bagi WIKA bila beroperasi dengan sistem devisa tertutup. Pemahaman ini penting agar devisa yang kita peroleh mudah dibawa kembali ke Tanah Air,” jelas Agung.
Baca Juga
Kedua, WIKA harus bisa menjelaskan secara gamblang status keberadaannya di negeri ekspand tersebut. Agung mengatakan perseroan seringkali dianggap sebagai investor ketika beroperasi di luar negeri.
Padahal, WIKA beroperasi di negara itu sebagai kontraktor saja sehingga perbedaan asumsi ini jika tidak terjelaskan dengan baik akan menjadi masalah.
Ketiga, strategi mengembangkan jejaring bisnis, teman baik, dan menjaga nama baik perseroan di luar negeri.
“Hal itu menjadi kunci mengingat persaingan pasar/bisnis luar negeri itu unik dan keras. Pemenang tender tidak selalu mereka yang hadir dengan penawaran paket kontrak yang paling rendah,” ujar Agung
Terakhir, Agung menjelaskan perseroan harus sanggup mengatasi perbedaan budaya, terutama dalam pengelolaan SDM. Agung menyebut praktik ketenagakerjaan tiap negara berbeda-beda, ada yang memperbolehkan WIKA membawa seluruh tenaga kerja dari Indonesia (skill dan tenaga ahli) dan ada juga yang mensyaratkan hanya tenaga ahli.
Hingga akhir semester I/2021, WIKA belum mendapatkan proyek luar negeri, tetapi perseroan tengah mengikuti tender di beberapa negara seperti Filipina, Uni Emirat Arab (UEA), serta penjajakan ke Vietnam dengan nilai kurang lebih Rp3 triliun.
Sejauh ini, kontribusi WIKA di luar negeri terlihat dari operasional di 8 negara yaitu Timor Leste, Malaysia, Filipina, Taiwan, Dubai, Aljazair, Republik Niger dan Kepulauan Solomon.
Di Kepulauan Solomon, WIKA turut dalam proyek pembangunan Multipurpose Sport Complex yang disiapkan untuk turnamen antar negara Pasifik 2023.