Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tapering The Fed Jadi Isu Bikin IHSG Anjlok Hari Ini, Simak Proyeksi Besok!

Pada Kamis (19/8/2021), IHSG ditutup merosot 2,06 persen ke level 5.992,32 pada akhir perdagangan hari ini. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 5.958,89-6.118,15. 
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan siang hari ini, Kamis (19/8/2021). Isu tapering the Fed ditengarai jadi biang keladinya.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup merosot 2,06 persen ke level 5.992,32 pada akhir perdagangan hari ini. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 5.958,89-6.118,15. 

Pada penutupan, tercatat total transaksi mencapai Rp14,11 triliun, dengan nilai beli bersih atau net buy investor asing sebesar Rp310,95 miliar. 

Dari seluruh konstituen, sebanyak 120 saham ditutup menguat, 407 saham terkoreksi, sedangkan 120 saham terpantau stagnan pada akhir perdagangan hari ini.

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pun memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7 days reserve repo rate (BI-7DRR) di level 3,50 persen.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengungkapkan pelemahan IHSG akibat dari isu tapering yang mulai meningkat, sehingga investor mulai berhati-hati dan keluar dari pasar modal.

"Isu tapering ini [yang menyebabkan IHSG anjlok], pada perdagangan esok hari masih ada potensi pelemahan dengan pergerakan mixed melemah," urainya kepada Bisnis, Kamis (19/8/2021).

Dia memproyeksikan indeks komposit bergerak dengan support di level 5954 dan resisten di level 6122 pada perdagangan esok hari, Jumat (20/8/2021).

Di sisi lain, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa BI telah menyiapkan strategi menghadapi kebijakan penarikan stimulus moneter oleh the Fed, bank sentral di Amerika Serikat (AS), sejak awal 2021.

“Kita sudah melakukan strategi untuk mengantisipasi tapering the Fed, sudah dilakukan dari Februari,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (19/8/2021).

Perry menjelaskan, tapering oleh the Fed akan berdampak pada peningkatan imbal hasil US Treasury sehingga akan mempengaruhi preferensi investor dalam melakukan portofolio investasinya di AS maupun negara berkembang.

Oleh karena itu, BI dan pemerintah diharuskan bisa mengelola perbedaan suku bunga di dalam dan luar negeri, terutama di portofolio investasi Surat Berharga Negara (SBN) di dalam negeri.

“Ini sudah kita lakukan sejak awal tahun di BI, baik intervensi  di pasar spot, DNDF, maupun pembelian SBN dari pasar sekunder dalam hal investor asing melepas SBN-nya,” jelas Perry.

Dia mengatakan, pada awal 2021, BI melakukan pembelian SBN di pasar sekunder sebesar Rp8,6 triliun dari sekitar Rp11 triliun yang dilepas investor asing yang disebabkan oleh kenaikan imbal hasil US Treasury hingga ke level 1,8-1,9 persen.

Pada saat itu, BI segera melakukan intervensi sehingga pelemahan rupiah tidak terlalu tinggi. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun yang juga sempat meningkat hingga 6,7 persen berhasil diturunkan hingga ke level 6,3 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper