Bisnis.com, JAKARTA – Menjelang penawaran umum, PT GTS Internasional optimistis bisa mencatatkan kinerja perseroan yang optimal.
Di pasar komoditas energi, harga LNG tengah mengalami penurunan. Mengutip data Bloomberg pada perdagangan Kamis (19/8/2021), haga gas alam di New York turun 1,45 persen atau 0,06 poin menjadi US$3,80 per MMBtu.
“Mengenai prospek bisnis LNG, bahwa GTSI adalah seluruh kekayaan bumi dikuasai oleh negara, kami hanya transport dan logistik LNG. Fluktuasi harga LNG tidak berdampak pada kami sebagai operator yang melakukan pengangkutan,” kata Direktur PT GTS Internasional Kemal Imam Santoso pada papara publik, Kamis (19/8/2021).
Adapun, PT GTS Internasional optimistis bisa mencetak kinerja optimal sampai beberapa tahun mendatang mengingat kontrak pengangkutan yang ada dari sewa kapal dan FRSU (Floating Storage regacification Unit) berjangka panjang.
“Yang terdekat GTSI akan membangun permanent FSRU untuk melayani listrik di Sulawesi Utara, sehingga seperti disampaikan bahwa hasil dari IPO ini akan digunakan sebagian besar untuk membangun FSRU permanen dengan kontrak 15 tahun,” ujarnya.
Sementara itu, pada 2020, GTSI membukukan laba sekitar US$16,2 juta. Tahun lalu juga kapal-kapal yang dimiliki GTSI masih beroperasi penuh/
Baca Juga
“Tahun ini diharapkan tidak jauh berbeda karena mulai bulan ini kami akuisisi 1 proyek baru FSRU ANOA, kita dapat kontrak mulai 2019 sampai 15 tahun ke depan dengan tarif US$37.900 per day. Semoga ini mendongkrak pendapatan GTSI sampai beberapa tahun ke depan,” jelas Kemal.
Kemudian untuk jangka menengah, GTSI tengah berdiskusi dengan beberapa pemilik proyek untuk pengadaan FSRU, mulai 2024-2025.
Perusahaan transportasi gas bumi ini siap melantai di bursa pada 8 September 2021 mendatang. Perseroan menargetkan dapat menghimpun dana dari IPO hingga Rp429 miliar.