Bisnis.com, JAKARTA — Harga crude palm oil (CPO) diperkirakan bakal stabil di level 4.000 ringgit per ton hingga tahun ini berakhir.
Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan faktor utama yang menopang harga CPO adalah produksi yang ketat. Meskipun Indonesia tidak memiliki isu, negara tetangga mengalami hambatan produksi.
"Malaysia juga masih terkendala produksi karena efek pandemi," katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Wahyu menambahkan krisis pekerja juga tengah menghantui industri sawit Malaysia. Sebab, pekerja asing yang telah kembali ke negara asalnya tidak dapat kembali karena perbatasan ditutup dan penerimaan pekerja migran dibekukan oleh pemerintah.
Menurutnya industri kelapa sawit Malaysia sangat bergantung pada pekerja asing, terutama dari Bangladesh dan Indonesia, yang merupakan hampir 80 persen dari angkatan kerja.
Di sisi lain, data Malaysian Palm Oil Board (MPOB) stok minyak sawit negeri jiran turun 7,3 persen menjadi 1,49 juta ton pada akhir Juli.
Baca Juga
Data MPOB juga menunjukkan bahwa produksi minyak sawit pada bulan Juli turun 5,1 persen menjadi 1,52 juta ton pada bulan tersebut.
Wahyu memperkirakan hal itu akan menjadi katalis positif bagi harga CPO. Apalagi membaiknya ekonomi pasca vaksin juga akan menaikkan permintaan.
"Penguatan permintaan ekspor dan pertumbuhan konsumsi domestik menjadi faktor utama penunjang kenaikan harga CPO," pungkasnya.