Bisnis.com, JAKARTA – Kurs rupiah terpantau melemah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada hari ini, Kamis (5/8/2021).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia hari ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.342 per dolar AS, melemah 18 poin atau 0,13 persen dari posisi Rabu (4/8/2021) Rp14.324 per dolar AS.
Selain itu, berdasarkan data Bloomberg, rupiah juga ditutup turun 0,21 persen atau 30 poin menjadi Rp14.342 per dolar AS. Indeks dolar AS terpantau melemah 0,02 persen ke level 92,2480 pada pukul 15.33 WIB, setelah sebelumnya sempat menguat.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah didominasi oleh data eksternal yang kuat menahan laju penguatan mata uang Garuda pada hari ini.
“Membaiknya data ekonomi Indonesia di kuartal II/2021 tidak serta merta bisa menopang terhadap penguatan mata uang Garuda. Hal ini disebabkan data eksternal yang begitu kuat dan menahan laju penguatan mata uang rupiah sebelumnya,” tulis Ibrahim dalam rilis, Kamis (5/8/2021).
Ibrahim menjelaskan bahwa penyebab utama pelemahan rupiah adalah komentar Wakil Ketua Fed Richard Clarida dan juga membaiknya data ekonomi Amerika Serikat. The Fed mengatakan kemungkinan kenaikan suku bunga AS dapat terpenuhi pada akhir 2022.
Selain itu, Clarida dan tiga anggota The Fed lainnya ungkap Ibrahim, juga mengisyaratkan langkah untuk mengurangi pembelian obligasi akhir tahun ini atau awal tahun depan tergantung pada bagaimana nasib pasar tenaga kerja dalam beberapa bulan ke depan.
Ditambah lagi, Ibrahim menyebutkan menjelang pertemuan penetapan kebijakan terbaru Bank of England Kamis nanti. Bank sentral dapat bergerak selangkah lebih dekat ke pengetatan kebijakan moneter sambil meningkatkan perkiraan pertumbuhan dan inflasi.
Di sisi lain, sebenarnya sentimen positif tengah terjadi di mana perekonomian Indonesia yang diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 7,07 persen pada kuartal II/2021 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Ini adalah pertumbuhan positif pertama setelah empat kuartal sebelumnya ujar Ibrahim, di mana Indonesia beberapa waktu belakangan selalu mencatat kontraksi (pertumbuhan negatif). Sementara dibandingkan Kuartal Pertama 2021 (quarter-to-quarter/qtq), PDB Indonesia naik 3,31 persen.