Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom menyebutkan minimnya sentimen yang mendominasi baik dari dalam maupun global membuat pergerakan yield atau imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) Indonesia melandai belakangan ini.
“Pergerakan yield SBN [Surat Berharga Negara/SUN] yang landai belakangan, cenderung disebabkan oleh minimnya sentimen yang mendominasi, baik di pasar global maupun pasar domestik,” ungkap Josua Pardede, Senior VP Economist Bank Permata kepada Bisnis, Senin (26/7/2021).
Sementara itu, hingga akhir tahun ini, Josua mengungkapkan terdapat faktor pelemahan maupun penguatan imbal hasil SUN di Indonesia.
Dia memperkirakan, potensi pelemahan perkembangan pasar SUN Indonesia hingga akhir tahun adalah pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat, khususnya arah kebijakan tapering yang akan dibahas dalam The Federal Open Market Committee (FOMC) ke depannya.
Di sisi lain, Josua menyampaikan juga terdapat potensi upside yang berasal dari pemulihan ekonomi Indonesia mendatang dan diikuti oleh proyeksi suplai dari obligasi yang tidak setinggi perkiraannya.
Josua pun memprediksi, di semester kedua tahun ini, yield SUN Indonesia bertenor 10 tahun bisa mencapai 6,40 persen.
Baca Juga
“Hingga akhir tahun, diperkirakan range dari yield SBN 10 tahun adalah 6,25 persen-6,40 persen,” sebut Josua.
Berdasarkan data dari laman World Government Bonds pada Selasa (27/7/2021), tingkat imbal hasil SUN Indonesia seri acuan 10 tahun tercatat berada di kisaran 6,4 persen.
Dalam sepekan terakhir, pergerakan yield SUN Indonesia terpantau menguat hingga 1,8 basis poin. Sedangkan, selama 1 bulan terakhir, pergerakan yield menguat sebesar 22 basis poin.