Bisnis.com, JAKARTA - Tingkat likuiditas yang optimal serta tren suku bunga rendah akan menjadi katalis positif untuk penguatan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) Indonesia di sisa tahun 2021.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menilai imbal hasil SUN Indonesia masih memilki ruang penguatan yang cukup lebar hingga akhir tahun 2021.
“Kami masih di kubu yang positif bahwa yield SUN Indonesia dapat menguat hingga 6 persen pada akhir 2021,” katanya saat dihubungi pada Selasa (27/7/2021).
Salah satu faktor positif yang mendukung prospek ini adalah tingkat likuiditas yang melimpah pada pasar surat utang pemerintah Indonesia. Hal tersebut turut ditopang oleh tren suku bunga rendah yang masih berlanjut baik dari global atau domestik.
Handy menjelaskan, secara valuasi yield SUN Indonesia masih lebih menarik baik dibandingkan dengan emerging market lainnya maupun dari sisi perhitungan fair value berdasarkan variabel imbal hasil US treasury, credit default swap (CDS), dan pergerakan rupiah.
Lebih lanjut, Handy juga melihat adanya potensi penurunan risiko obligasi pemerintah. Sentimen ini seiring dengan rencana penggunaan saldo anggaran lebih (SAL) untuk pengurangan target penerbitan obligasi tahun ini.
Baca Juga
Sementara itu, jika pemerintah berhasil melakukan kebijakan fiskal yang prudent dengan menekan defisit anggaran ke 3 persen dari PDB tahun 2023, maka target penerbitan surat berharga negara (SBN) juga berpotensi turun ke depannya.
"Hal ini dapat memperkuat pergerakan imbal hasil SUN Indonesia," tambahnya.
Data dari laman World Government Bonds pada Selasa (27/7/2021) mencatat, tingkat imbal hasil SUN Indonesia seri acuan 10 tahun berada di kisaran 6,4 persen.
Dalam sepekan terakhir, pergerakan yield SUN Indonesia terpantau menguat hingga 1,8 basis poin. Sedangkan, selama 1 bulan terakhir, pergerakan yield menguat sebesar 22 basis poin.