Bisnis.com, JAKARTA - PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) pemegang saham mayoritas Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik berpotensi memperoleh pendapatan berulang hingga US$30 juta-40 juta per tahun dari operasi smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tersebut.
Dengan estimasi kurs Rp14.500, maka JIIPE berpotensi memeroleh pendapatan berulang Rp435 miliar-Rp580 miliar per tahun dari PTFI.
AKRA juga menargetkan KEK JIIPE akan berkontribusi hingga 35 persen dari bottom line perseroan pada 2025 dibandingkan dengan distribusi perdagangan dan distribusi sebesar 65 persen.
Direktur dan Corporate Secretary AKR Corporindo Suresh Vembu mengungkapkan saat ini sudah ada 14 perusahaan yang beroperasi di KEK milik emiten yang mayoritas pendapatannya dari distribusi BBM dan bahan kimia ini.
Kedatangan Freeport melalui pembangunan smelter di JIIPE terkonfirmasi setelah PTFI dan PT Chiyoda International Indonesia (PTCII) resmi menandatangani kontrak EPC senilai US$2,7 miliar untuk membangun Pabrik Smelter Tembaga dan Precious Metal Refinery di JIIPE.
Pendapatan sewa akan dihasilkan dari 103 ha lahan untuk Smelter dan 40-50 ha lainnya untuk area Laydown. Lebih lanjut, proyek tadi akan menghasilkan recurring income dari fasilitas pelabuhan, listrik, gas, air, dan pengolahan air limbah.
Baca Juga
Kontrak EPC meliputi smelter dengan kapasitas 1,7 juta ton konsentrat per tahun dan Precious Metal Refinery.
"Saya estimasi dengan estimasi yang masih kasar, kira-kira dengan kebutuhan listrik dari Freeport, pelabuhan, air semua, satu proyek saja Freeport perkiraan saya recurring income itu bisa antara US$30-40 juta per tahun," papar Suresh, dikutip Kamis (23/7/2021).
Dia menilai jika ada 5 saja proyek besar seperti smelter Freeport ini akan memberikan pendapatan yang sangat signifikan bagi perseroan.
Saat ini, terdapat 14 perusahaan yang sudah berjalan di KEK JIIPE. Para perusahaan ini telah mengambil lebih dari 80 ha tanah dan mengoperasikan listrik hingga 23 megawatt. Selain itu, kapasitas pelabuhannya mencapai 1,5 juta metrik ton dan sudah ditambah menjadi 6 juta metrik ton.
"Jadi saat ini sudah ada recurring income tapi masih kecil, dibandingkan dengan setelah freeport masuk dan operasional Freeport dan semuanya, itu masih kecil utilitasnya, sekarang banyak proyeknya berjalan, mudah-mudahan dengan kapasitas, ekspansinya Freeport akan ada kebutuhan tambahan untuk dipenuhi," paparnya.
Perseroan juga tengah mencari pemain industri di Indonesia seperti pabrik petrokimia atau refinari, atau proyek pabrik baja yang membutuh banyak energi listrik dan pelabuhan.
Menurutnya, smelter Freeport dapat menghasilkan recurring income secara penuh pada 2025. Dengan garis waktu, 2023 pembangunan selesai, pada 2024 mulai beroperasi dan pada 2025 beroperasi penuh.
"Saat ini kami juga sudah dapat income dari pembangunan smelter Freeport, berasal dari lahan dan suplai listrik 20-30 megawatt, kami tetap suplai," ujarnya.