Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku pasar boleh riang gembira karena unikorn siap melantai di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2021. Valuasinya yang besar diharapkan dapat meramaikan transaksi saham.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi mengatakan Bursa bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan melakukan diskusi intens untuk merumuskan regulasi soal initial public offering (IPO) startup.
"Mudah-mudahan tahun ini ada 2-3 unikorn listed di bursa kita. Kami sudah melakukan diskusi intens soal regulasi yang memungkinkan startup IPO," paparnya dalam webinar MNC Sekuritas, Kamis (1/7/2021).
Sementara itu, per semester I/2021, BEI sudah kedatangan 23 perusahaan tercatat baru. Dalam pipeline IPO, masih ada 24 perusahaan yang akan masuk Bursa.
Inarno berharap 24 perusahaan di dalam pipeline IPO dapat merealisasikan aksi korporasinya pada tahun ini.
Smentara itu, aksi IPO unikorn seperti GoTo dan Bukalapak diperkirakan dapat membawa dampak siginifkan ke Bursa Efek Indonesia dari sisi valuasi.
Baca Juga
Perusahaan rintisan yang nilainya lebih dari US$1 miliar atau unikorn, GoTo dan Bukalapak dikabarkan akan masuk ke Bursa Efek Indonesia melalui skema IPO. Bahkan, diperkirakan aksi korporasi itu dapat direalisasikan tahun ini.
Head of Research PT MNC Sekuritas Thendra Crisnanda menyampaikan saat ini sektor teknologi tengah booming karena dorongan 4 faktor. Pertama, perkembangan ekonomi digital yang semakin cepat saat pandemi Covid-19.
Kedua, sentimen bullish pasar terhadap sektor teknologi. Ketiga, rencana IPO unikorn besar di Asia Tenggara, seperti GoTo dan Bukalapak. Keempat, aksi korporasi akuisisi perusahaan teknologi oleh konglomerat di Indonesia.
Hal tersebut membuat indeks saham sektor teknologi memberikan return 479,81 persen pada semester I/2021, jauh di atas saham sektor transportasi di peringkat kedua yang memberikan return 8,4 persen. Adapun, IHSG hanya naik 0,55 persen pada paruh pertama 2021.
"Jadi memang arahnya ke ekonomi baru, ke sektor teknologi, dan tren itu akan berlanjut apalagi dengan IPO GoTo dan Bukalapak di BEI," paparnya.
Thendra menyampaikan asumsi valuasi GoTo setelah IPO sangat besar, yakni berkisar US$35 miliar-US$40 miliar, atau sekitar Rp420 triliun-Rp560 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS).
Oleh karena itu, kapitalisasi pasar GoTo nantinya akan menjadi yang terbesar kedua di BEI, di bawah PT Bank Central Asia BBCA senilai Rp742 triliun dan menyalip PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) sejumlah Rp486 triliun.
Adapun, asumsi valuasi Bukalapak setelah IPO senilai US$3,5 miliar atau sekitar Rp52,5 triliun. Secara total, valuasi GoTo dan Bukalapak setelah IPO mencapai US$43,5 miliar atau sekitar Rp609 triliun, sekitar 12 persen dari kapitalisasi pasar IHSG saat ini.
"Jadi IPO unikorn ini patut dicermati dan memberikan konstribusi yang besar ke Bursa," imbuhnya.