Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laporan BPK Soal Utang Pemerintah Tekan Laju Rupiah

Rupiah ditutup turun 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp14.445 per dolar AS. Hari ini, rupiah bergerak di rentang Rp14.415-Rp14.475.
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup melemah pada perdagangan Senin (28/6/2021) seiring dengan pengutan dolar AS. Dari dalam negeri, rupiah tertekan sentimen pembengkakan utang pemerintah dan lonjakan kasus Covid-19. 

Rupiah ditutup turun 20 poin atau 0,14 persen menjadi Rp14.445 per dolar AS. Hari ini, rupiah bergerak di rentang Rp14.415-Rp14.475.

Pelemahan rupiah terjadi seiring dengan tertekannya mata uang Asia, seperti won Korea Selatan turun 0,19 persen, baht Thailand koreksi 0,3 persen, yuan China koreksi 0,04 persen.

Ibrahim Assuaibi, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka menyampaikan dari sisi eksternal mata uang rupiah tertekan penguatan dolar AS.

"Dolar bertahan kuat pada hari Senin setelah inflasi AS yang sedikit lebih rendah dari perkiraan tidak banyak mengurangi keyakinan investor bahwa Federal Reserve dapat memperketat kebijakan moneter jika tekanan harga konsumen terus meningkat," paparnya dalam publikasi riset.

Investor juga terus mencerna data inflasi yang dirilis AS selama pekan sebelumnya. Indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti tumbuh lebih kecil dari perkiraan 0,5 persen bulan-ke-bulan di bulan Mei sementara tumbuh 3,4 persen tahun-ke-tahun. 

Meskipun inflasi diperkirakan akan melambat menjelang akhir tahun, tanda-tanda pasar tenaga kerja yang ketat membuat banyak investor resah atas tekanan harga yang didorong oleh upah.

Di antara sejumlah indikator ekonomi yang akan dirilis minggu ini, data penggajian Jumat adalah fokus utama, dengan para ekonom memperkirakan peningkatan 675.000 nonfarm payrolls.

Suasana umum di sekitar pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung tetap solid, karena negosiator Senat Republik pada kesepakatan infrastruktur optimis tentang RUU bipartisan senilai $ 1,2 triliun setelah Presiden Joe Biden menarik ancamannya untuk memveto tindakan tersebut kecuali rencana pengeluaran Demokrat yang terpisah juga disetujui Kongres.

Dari sisi internal, pasar terus mencermati beberapa sentimen negatif dari perkembangan pandemi Covid-19 dan informasi audit terbaru dari Badan Pemeriksa Keuangan RI.

Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien positif bertambah 13.748 orang per hari. Melonjak dibandingkan 110 persen rerata 14 hari sebelumnya yakni 6.540 orang saban harinya.

Hal yang lebih mengkhawatirkan, bed occupancy rate (BOR) atau ketersediaan tempat tidur Rumah Sakit (RS) memasuki masa kritis. Khususnya di wilayah DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Secara bersamaan, dalam audit terbaru Badan Pemeriksa Keuangan RI khawatir pemerintah Indonesia tidak bisa membayar utang Pasalnya, rasio utang Indonesia terhadap penerimaan sudah tembus 369 persen atau jauh di atas rekomendasi International Debt Relief (IDR) sebesar 92-176 persen dan rekomendasi Dana Moneter Internasional IMF sebesar 90-150 persen.

BPK khawatir hal ini membuat pemerintah kesulitan membayar utang negara. Masalahnya, tren penambahan utang dan biaya bunga sudah melebihi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan penerimaan negara yang memunculkan kekhawatiran terhadap penurunan kemampuan pemerintah untuk membayar.

Sebagai catatan, per April 2021, Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah mencapai Rp6.527,29 triliun atau 41,18 persen terhadap PDB.

BPK juga memberikan catatan terhadap indikator kesinambungan fiskal 2020 sebesar 4,27 persen yang telah melampaui batas yang direkomendasikan The International Standards of Supreme Audit Institutions (ISSAI) 5441- debt indicator yakni di bawah 0 persen.

Selain itu, hasil pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) 2020 menunjukkan rasio debt service terhadap penerimaan telah mencapai 46,77 persen, ini melampaui rekomendasi IMF sebesar 25-35 persen dan rasio pembayaran bunga terhadap penerimaan telah mencapai 19,06 persen, melampaui rekomendasi IDR sebesar 7-10 persen.

Ibrahim memprediksi untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan  dibuka  berfluktuatif tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.435-Rp14.470 per dolar AS  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper