Bisnis.com, JAKARTA - Perubahan konstituen indeks Sri Kehati yang mulai berlaku 1 Juli 2021 mendatang dinilai membuat indeks lebih terdiversifikasi. Manajer investasi pun bersiap melakukan rebalancing.
Pada Jumat (25/6/2021) lalu, Bursa Efek Indonesia mengumumkan perubahan konstituen untuk sejumlah indeks, salah satunya Sri Kehati. Tercatat, Ada POWR dan TINS masuk menjadi konstituen baru indeks menggantikan INTP dan PJAA per 1 Juli 2021 mendatang.
Dalam pengumuman yang sama, BEI juga menginformasikan soal skema pembobotan indeks penyesuaian tahap I yakni saham free float +70 persen saham non free float dengan cap indeks 25,5 persen, kecuali untuk indeks Pefindo i-Grade 20 persen.
Direktur PT BNP Paribas Asset Management Djumala Sutedja mengatakan manajer investasi menyambut positif penyesuain yang dilakukan oleh BEI, karena bertujuan meningkatkan kualitas pasar saham Indonesia di mata dunia.
Adapun dalam penerapannya pada produk reksa dana perseroan, khususnya reksa dana indeks BNP Paribas SRI Kehati, perseroan akan melakukan rebalancing karena sesuai dengan tujuan mereplikasi pergerakan dan kinerja dari indeks SRI-Kehati.
“Oleh karena itu, kami juga akan melakukan penyesuaian sesuai dengan ketentuan OJK untuk reksa dana indeks, dan menyesuaikannya dengan timeline yang telah ditetapkan oleh pihak BEI,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (28/6/2021)
Baca Juga
Djumala menuturkan, dalam penyesuaian baru dimana porsi bobot per saham dibatasi menjadi maksimal 15 persen, maka bobot di saham-saham lainnya secara pro-rata akan disesuaikan, dimana beberapa akan menjadi naik.
Alhasil, dia menilai hal tersebut membuat portfolio menjadi lebih well diversified dibandingkan sebelumnya, karena tingkat konsentrasi di saham-saham tertentu menjadi lebih berkurang, sehingga diharapkan kinerja indeks juga menjadi lebih stabil.
Mengacu pada data per 7 Juni 2021, di dalam indeks SRI Kehati, bobot saham yang melebihi 15 persen adalah BBCA (26 persen) dan BBRI (17 persen), sehingga diperkirakan akan terdapat penyesuaian untuk kedua saham tersebut sekitar 13 persen untuk dialokasikan ke saham lainnya.
“Selain ini masih akan terdapat penyesuaian atas saham-sahamlainnya untuk penyesuaian free float. Dalam hal ini, kami akan cenderung menunggu hasil perhitungan terakhir dari BEI sebelum melakukan penyesuaian lebih lanjut terhadap portofolio,” kata Djumala.
Mengenai dampak dari rebalancing terhadap performa indeks, Djumala menilai hal tersebut akan sangat bergantung pada harga pasar pada tanggal efektif terjadinya perubahan indeks, dan seberapa perubahan yang terjadi dalam indeks tersebut.
Namun, dia meyakini secara jangka panjang indeks Sri Kehati dan produk yang mengacu pada indeks tersebut dapat dapat membantu investor dalam mendapatkan kinerja jangka panjang yang lebih sustainable.
“Karena saham-saham tersebut adalah saham-saham pilihan yang sudah merupakan kerja sama antara BEI dan Yayasan Kehati, dimana fokusnya adalah pada perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria SRI atau Sustainable and Responsible Investment,” pungkasnya.