Bisnis.com, JAKARTA - Penetapan metodologi baru penghitungan indeks Bisnis-27 di Bursa Efek Indonesia berdasarkan free float yang berlaku mulai 1 Juli 2021 telah mendorong dilakukan pembobotan ulang atau rebalancing emiten unggulan.
Pengaturan baru telah membawa sebaran konstituen indeks Bisnis-27 menjadi lebih terdiversifikasi. Indeks hasil kerjasama antara Bursa Efek Indonesia dan Harian Bisnis Indonesia tersebut diyakini berpeluang rebound seiring dengan potensi upside pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 27 Juni 2021, indeks Bisnis-27 terkoreksi 10,84 persen menjadi 457,63 sejak awal tahun (year-to-date). Posisi itu underperform dibandingkan IHSG yang tumbuh 0,72 persen ytd.
Chief Investment Officer UOB Asset Management Indonesia Albert Z Budiman mengatakan rebalancing konstituen indeks Bisnis-27 kali ini akan membawa angin segar bagi pergerakan indeks ke depan.
Konstituen baru dalam indeks Bisnis-27 setelah rebalancing adalah ANTM, BRPT, TPIA, INTP, AMRT, JFPA, WIKA, dan EMTK.
Baca Juga
“Saya melihatnya postiif karena dari nama-nama dan sektor yang baru dimasukkan tadi, prospek jangka panjang menarik,” kata Albert kepada Bisnis, Minggu (27/6/2021).
Salah satu sektor yang menarik, lanjut Albert, adalah saham teknologi yang diwaliki oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK). Apalagi, emiten yang baru saja mengajak kelompok Salim bergabung itu merupakan salah satu pemodal di Bukalapak, platform e-commerce yang dinantikan aksi korporasi penawaran umum saham perdana (IPO)-nya dalam beberapa waktu ke depan.
Menurut Albert, saham sektor teknologi memang menjadi hal yang baru di pasar modal Indonesia. Dengan demikian, daya tariknya sangat besar di mata investor mengingat selama ini pasar saham hanya didominasi oleh saham-saham sektor perbankan dan barang konsumer.
“Kita tidak akan bosan melihat saham dari sektor-sektor di pasar saham Indonesia, sekarang ada yang baru dari teknologi. Ini sejalan dengan tren di bursa saham dunia, seperti di AS, sekarang memang lagi jamannya saham teknologi,” tutur Albert.
Dengan anggota keluarga baru tersebut, Albert menilai kinerja indeks Bisnis-27 ke depannya masih berpotensi menguat. Sejauh ini, pergerakan IHSG masih terhambat oleh beberapa hal, terutama ketika US Treasury meningkat pada awal tahun dan investor asing banyak melakukan aksi jual.
Namun, posisi IHSG yang saat ini yang masih underperform dibandingkan indeks saham lain di kawasan Asia Pasifik justru bisa menjadi kesempatan untuk investor membeli di harga rendah.
Albert menilai konsolidasi IHSG saat ini bersifat sementara karena fundamental pasar saham Indonesia ke depannya masih baik seiring dengan prospek pendapatan emiten sesuai dengan perkiraan.
Apalagi setelah kasus Covid-19 dapat ditekan seiring dengan program vaksinasi yang terus digencarkan pemerintah dapat kembali membuka aktivitas perekonomian.
“Saya pikir ke depannya juga indeks Bisnis-27 pun dengan eksposur yang baru, nama-nama baru, potensinya positif karena ini akan terpengaruh dengan aktivitas ekonomi sekarang,” tutup Albert.