Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten pertambangan grup Astra, PT United Tractors Tbk., diyakini semakin moncer di sisa tahun ini seiring dengan tren kenaikan harga komoditas yang masih berlangsung.
Analis Panin Sekuritas Juan Oktavianus mengatakan bahwa anomali tren menguatnya harga batu bara masih menjadi katalis positif bagi kinerja emiten berkode saham UNTR itu.
Sepanjang tahun berjalan 2021, harga batu bara global naik 28,4 persen dengan rata-rata harga di level US$90 per ton. Adapun, secara historis harga batu bara umumnya berada di level tertingginya pada kuartal I tiap tahunnya.
Namun, pada 2021 terjadi anomali tren harga batu bara yang terus mengalami peningkatan hingga sepanjang Mei 2021 didukung oleh penguatan permintaan dari China dan penurunan suplai akibat pandemi Covid-19.
"Kami melihat hal ini akan menjadi sentimen positif untuk UNTR seiring dengan lini bisnis yang cukup banyak terdampak dari harga komoditas batubara seperti kontraktor tambang dan juga tambang batubara,” ujar Juan dikutip dari risetnya yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Kamis (27/5/2021).
Selain itu, kenaikan harga batu bara itu mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral merevisi naik target produksi batu bara nasional menjadi 625 juta ton dari sebelumnya 550 juta ton.
Baca Juga
Hal itu juga dapat menjadi katalis positif bagi UNTR untuk lini bisnis kontraktor pertambangan PT Pamapersada Nusantara karena akan meningkatkan aktivitas pertambangan yang dapat ditranslasi pada peningkatan overburden removal dan coal getting.
Dia memproyeksi pendapatan UNTR pada tahun ini mencapai Rp71,6 triliun dan laba bersih Rp8,15 triliun. Kedua proyeksi itu mencerminkan potensi pertumbuhan kinerja masing-masing 18,66 persen dan 35,7 persen daripada realisasi 2020.
Juan memberikan rekomendasi beli untuk UNTR dengan target harga Rp30.700 per saham.
Sementara itu, analis Aldiracita Sekuritas Timothy Gracianov merekomendasikan beli saham UNTR dengan target Rp27.400 per saham.
Dia menilai rilis kinerja operasional sepanjang empat bulan pertama tahun ini sesuai dengan ekspektasinya.
Hingga April 2021, UNTR menjual batu bara 4,61 juta ton, naik tipis 1,69 persen dari 4,54 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Dari lini kontraktor pertambangan, produksi batu bara sebesar 36,7 juta ton dan overburden removal sebesar 258,8 juta bcm hingga April 2021. Perolehan itu masing-masing mengalami penurunan 1,6 persen dan 8,77 persen.
Selain itu, UNTR menjual emas sebanyak 124.000 GEOs, naik 9,8 persen dari perolehan 112.900 GEOs pada periode yang sama tahun lalu.
Sepanjang empat bulan pertama tahun ini, UNTR juga telah menjual 909 unit alat berat, tumbuh 26,77 persen dibandingkan dengan perolehan 717 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun, sejalan dengan moncernya kinerja itu, UNTR pun menaikkan target penjualan alat berat menjadi 2.500 unti dari sebelumnya 1.700 unit.
“Namun, untuk saat ini kami masih mempertahankan target penjualan Komatsu UNTR sebesar 1.844 unit seiring dengan masih terdapat ketidakpastian dari kembali meningkatnya kasus Covid-19,” papar Timothy dikutip dari risetnya, Kamis (27/5/2021).
Di lantai bursa, pada perdagangan Kamis (27/5/2021) UNTR parkir di level Rp21.650 per saham, naik 0,7 persen. Sepanjang tahun berjalan 2021, saham UNTR terkoreksi 18,61 persen.
Berdasarkan konsensus Bloomberg, sebanyak 33 dari 37 analis yang mengulas UNTR memberikan rekomendasi beli untuk saham itu. Sementara itu, 4 analis merekomendasikan hold dan tidak analis yang merekomendasikan jual untuk saham UNTR.
Target harga UNTR dalam 12 bulan ke depan menurut konsensus Bloomberg adalah Rp27.843. Harga itu mencerminkan potensi kenaikan 28,6 persen daripada posisi harga saat ini..
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.