Bisnis.com, JAKARTA — Emiten tambang Grup Astra PT United Tractors Tbk. (UNTR) menegaskan akan mengambil sejumlah upaya untuk menekan dampak pelemahan harga batu bara terhadap kinerja perseroan.
Corporate Secretary United Tractors Sara K. Loebis menjelaskan dengan tren penurunan harga batu bara sejak awal tahun, UNTR menjaga operational excellence yang akan membantu efisiensi dan produktivitas perseroan.
“Perseroan menjaga operational excellence yang akan membantu efisiensi dan produktivitas operasi baik di lingkup bisnis jasa pertambangan maupun di operasi tambang batu bara milik perseroan,” kata Sara, Kamis (31/7/2025).
Di sisi lain, dengan fluktuasi harga batu bara sejak awal tahun, Sara menuturkan UNTR saat ini hanya dapat memantau perkembangan harga.
Adapun tahun ini, UNTR diketahui menargetkan penjualan batu bara sebesar 13,7 juta ton. Target ini naik dari tahun 2024 yang sebesar 13 juta ton batu bara.
Sara menuturkan sampai saat ini, UNTR belum memiliki rencana untuk merevisi target penjualan batu bara perseroan di tengah tren harga yang menurun.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara acuan ICE Newcastle tercatat belum dapat menyentuh angka tertingginya pada 31 Desember 2024 sebesar US$125,2 per ton. Bahkan harga batu bara ICE Newcastle sempat menyentuh titik terendahnya pada harga US$93,7 per ton.
Meskipun demikian, harga batu bara acuan ICE Newcastle perlahan naik, dengan harga terakhir pada US$115 per ton untuk kontrak Agustus.
Berdasarkan laporan keuangan per akhir semester I/2025, UNTR membukukan pendapatan bersih sebesar Rp68,5 triliun. Pendapatan ini naik 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp64,5 triliun.
Manajemen UNTR menjelaskan pendapatan ini sebesar Rp26,1 triliun berasal dari segmen kontraktor penambangan, 7% lebih rendah dari semester I/2024, lalu sebesar Rp20,9 triliun dari segmen mesin konstruksi, yang naik 34% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kemudian sebesar Rp13,4 triliun dari segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi, atau 14% lebih rendah dari paruh pertama 2024. Sisanya sebesar Rp7,0 triliun didapatkan UNTR dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya, atau naik 60% lebih tinggi dari semester pertama tahun 2024.
Adapun laba bersih UNTR turun 15% menjadi Rp8,1 triliun. Penurunan laba bersih ini disebabkan oleh penurunan kinerja dari segmen kontraktor penambangan yang terkendala curah hujan tinggi dan segmen pertambangan batu bara termal dan metalurgi akibat harga jual batu bara yang lebih rendah.
Namun, penurunan segmen bisnis ini sebagian dapat diimbangi oleh peningkatan kontribusi dari segmen pertambangan emas dan mineral lainnya serta mesin konstruksi.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.