Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak Brent terus terkoreksi menuju penurunan mingguan terbesar sejak Maret, seiring dengan potensi aliran minyak mentah dari Iran setelah sanksi negara tersebut dicabut.
Berdasarkan data Bloomberg per Jumat (21/5/2021) pukul 14.30 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak Juli 2021 ada di posisi US$65,06 per barel dan terkoreksi 0,08 persen dibanding harga kemarin.
Koreksi harga minyak Brent dipicu pernyataan Presiden Iran Hassan Rouhani yang mengatakan bahwa negara-negara adidaya di dunia telah setuju bahwa sanksi terhadap negaranya akan dicabut, meski hingga saat ini belum ada detail lebih lanjut mengenai pernyataan tersebut.
Potensi ekspor minyak dari Iran langsung memberikan dampak yang cepat para pergerakan harga minyak Brent yang melemah. Minyak yang diperdagangkan di Bursa ICE Futures Europe Exchange tersebut telah terkoreksi lebih dari 6 persen selama tiga sesi terakhir.
Selain itu, harga minyak juga terseret aksi jual komoditas pada perdagangan Kamis (20/5/2021) sebagai buntut spekulasi bahwa The Fed akan melonggarkan stimulus dan potensi perang harga dengan China.
Meskipun demikian, sepanjang tahun berjalan minyak masih tercatat naik lebih dari 25 persen seiring pemulihan pandemi di AS, China, dan beberapa negara di Eropa meningkatkan permintaan akan minyak.
Baca Juga
Senior Commodities Strategist Australia and New Zealand Banking Group Ltd. Daniel Hynes memperkirakan harga minyak masih akan di bawah tekanan hingga ada kejelasan mengenai keringanan sanksi AS terhadap minyak Iran.
Jangka waktu yang tepat untuk Brent adalah 6 sen dalam kemunduran - struktur pasar bullish di mana kontrak dengan tanggal dekat lebih mahal daripada kontrak yang jatuh tempo. Itu dibandingkan dengan 42 sen pada awal Mei.
Sebelumnya, TV Pemerintah Iran, Rouhani, melaporkan pada Kamis kemarin bahwa para delegasi di Vienna, telah mengambil “langkah besar” terkait Iran. Vienna sendiri menjadi lokasi perundingan antara AS dan Iran untuk membicarakan kesepakan nuklir.
Adapun, dalam perkiraan paling optimis, anggota OPEC meyakini bahwa mereka dapat meningkatkan produksi menjadi 4 juta barel per hari dari sekitar 2,4 juta dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu, penyesuaian pajak yang direncanakan China memicu reaksi berantai yang akan meningkatkan impor minyak mentah dan menaikkan tarif kilang, ini akan memberi dukungan lebih lanjut untuk pemulihan pasar.