Bisnis.com, JAKARTA – Setelah libur panjang Idulfitri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan akibat kasus Covid-19 yang kembali membayangi berbagai negara. Namun tekanan ini menurut ekonom adalah hal yang wajar.
Pada perdagangan Senin (17/5/2021), IHSG terpantau dibuka menguat, tetapi kemudian sepanjang hari terus melemah, hingga pada pukul 13.59 WIB terpantau anjlok 1,82 persen atau 108,01 poin ke level 5.830,24.
Chief Economist Tanamduit Ferry Latuhihin menyebutkan tekanan yang kini ada adalah hal yang wajar dan bersifat sementara lantaran merebaknya kasus Covid-19 dan disusul kebijakan Singapura untuk kembali melakukan lockdown.
“Saat ini market kita masih tertekan itu, sangat wajar. Sangat rasional, karena masih dibayangi Covid-19 yang sangat mengerikan, bukan cuma kecil jumlahnya terdampak di India,” ujar Ferry dalam acara Market Outlook yang dilakukan secara virtual, Senin (17/5/2021).
Sementara itu di Indonesia juga dibayangi momen lebaran yang memicu mudik lebaran yang dilakukan oleh masyarakat. Setelah itu, saat salat Idulfitri di masjid yang menyebabkan kerumunan yang dikhawatirkan akan memperluas infeksi virus Covid-19.
Sentimen tersebut menurut Ferry menjadi penyebab pelemahan pasar, tetapi dia melanjutkan bahwa pelemahan itu bersifat sementara. Selanjutnya yang menjadi kekhawatiran dan pertanyaan adalah apakah Indonesia juga akan melakukan lockdown untuk mengatasi Covid-19.
Baca Juga
Menurut Ferry kebijakan lockdown sangat berpengaruh terhadap perekonomian dan juga aktivitas pasar sehingga kebijakan tersebut diberlakukan akan berdampak secara fundamental bagi perekonomian.
Namun Ferry berpendapat bahwa pemerintah Indonesia sendiri tidak akan melakukan lockdown. Menurutnya kondisi Covid-19 di Indonesia saat ini masih bisa diatasi pemerintah, karena masih banyak masyarakat yang patuh menjalankan protokol kesehatan.
Dia mengungkapkan pemerintah juga patut diapresiasi karena mampu mengendalikan pennyebaran Covid-19. Salah satu contohnya dilihat dari mudik lebaran yang angkanya bisa ditekan dari kebiasaan sebelum Covid-19.
“Kalau menurut saya, Indonesia tidak akan melakukan lockdown. Bukan karena mengabaikan nyawa manusia tetapi this is manageable by our authority dan aparat keamanan yang lain. Masyarakatnya juga tidak semuanya kebablasan,” ungkap Ferry.
Ditambah lagi adanya optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan mencapai 7 persen di kuartal II/2021. Tren penguatan ini menurutnya juga bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang secara kuartalan makin meningkat walaupun masih berada di area negatif.
Seperti dikutip Bisnis, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakini tren pertumbuhan ekonomi bakal ke arah positif di kuartal mendatang.
Hal ini ditandai oleh sejumlah indikator seperti Purchasing Manager’s Index (PMI) sebesar 54,6, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) di zona optimistis yatu 101,5, dan kinerja ekspor dan impor yang sudah membaik.
Lalu, belanja pemerintah tumbuh positif, serta beberapa sektor yang tumbuh positif seperti informasi dan komunikasi, jasa kesehatan, pertanian, properti dan industri.
“Dengan adanya PPnBM dan PPN ditanggung pemerintah ini sekarang sudah ke arah yang positif, dan terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Kita lihat PMTB sudah mendekati 0 atau -0,23, eskpor 6,74 persen, bahkan lebih tinggi dari pre-Covid demikian juga impor barang modal dan konsumsi 5,27 persen,” jelas Airlangga, Sabtu (15/5).