Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) kian terperosok di zona merah pada akhir sesi I perdagangan hari pertama pascalibur Lebaran, Senin (17/5/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG terpantau melemah 1,26 persen atau 75,07 poin ke level 5.863,28 setelah bergerak di kisaran 5.858,75-5.958,79 pada sesi I.
Sebanyak 124 saham menguat, 368 saham melemah, dan 132 saham lainnya stagnan.
Total volume transaksi pada sesi I mencapai 10,03 miliar saham dengan nilai Rp5,98 triliun. Investor asing mencatatkan jual bersih senilai Rp188,4 miliar pada sesi I.
Investor asing tercatat paling banyak melepas sahaam PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dengan total net sell mencapai Rp142,7 miliar. Saham PGAS melemah 7 persen sekaligus menyentuh level auto reject bawah (ARB) ke Rp1.130 per saham.
Investor asing juga ramai melepas saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan total net sell mencapai Rp101,8 miliar. Saham BBRI melemah 1 persen ke Rp3.950 per saham.
Baca Juga
Pelemahan IHSG sejalan dengan bursa saham lainnya di Asia yang juga bergerak di zona merah. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang melemah masing-masing 0,17 persen dan 0,93 persen. Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan melemah 0,4 persen.
Di sisi lain, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China menguat masing-masing 0,77 persen dan 1,41 persen siang ini.
Bursa Asia bergerak cenredung variatif hari ini, seiring dengan sentimen lonjakan kasus Covid-19 di beberapa negara dan kekhawatiran inflasi yang berkepanjangan membebani sentimen investor.
enyebaran Covid-19 menjadi topik utama karena Singapura berencana menutup sekolah umum pada pekan ini dan kembali berpindah ke pembelajaran berbasis rumah. Taiwan juga sedang berupaya untuk mengatasi wabah terburuknya dan mencegah lockdown.
Adapun, Bursa saham AS berakhir di zona hijau pada penutupan Jumat (14/5/2021) setelah mengalami tekanan dan mencetak kerugian mingguan terburuk sejak Februari.
Imbal hasil Treasury AS stabil setelah turun pada Jumat (14/5/2021) karena laporan yang menunjukkan lonjakan baru-baru ini dalam penjualan ritel AS terhenti pada April. Dolar AS naik tipis terhadap mata uang utama lainnya.
Sementara itu, momentum di pasar komoditas tampaknya telah melemah setelah mengalami kenaikan yang sangat besar. Tembaga dan bijih besi keluar dari rekor tertinggi di tengah upaya China untuk menekan harga yang telah terlampau tinggi.