Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lika-liku Emiten Tambang Sinar Mas Rilis Obligasi Rp4 Triliun

Golden Energy Resources Ltd, perusahaan tambang Sinar Mas yang tercatat di Bursa Singapura, akan menerbitkan obligasi berdenominasi dolar AS sebesar US$285 juta.
Sebuah trailer sedang mengangkut lapisan tanah di area pertambangan PT Golden Energy Mines Tbk./goldenenergymines.com
Sebuah trailer sedang mengangkut lapisan tanah di area pertambangan PT Golden Energy Mines Tbk./goldenenergymines.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pemegang saham pengendali PT Golden Energy Mines Tbk., Golden Energy Resources Ltd, menerbitkan obligasi berdenominasi dolar AS sebesar US$285 juta.

Jumlah tersebut setara Rp4,07 triliun dengan asumsi kurs Jisdor pada Jumat (7/5/2021) Rp14.289 per dolar AS.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Singapura, obligasi itu memiliki tenor 5 tahun atau jatuh tempo pada 2026 dengan bunga sebesar 8,5 persen yang terhitung setiap enam bulan sekali.

Adapun, penerbitan obligasi itu dijamin oleh anak perusahaan Golden Energy Resources (GEAR), secara tidak tersubordinasi, dengan tunduk pada batasan tertentu, termasuk PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) dan Stanmore.

Setelah resmi dicatatkan di Bursa Efek Singapura, emisi obligasi itu secara efektif disubordinasikan ke kewajiban yang dijamin dari GEAR dan anak perusahaan penjamin, sejauh nilai aset yang berfungsi sebagai jaminan.

Selain itu, emisi obligasi juga secara efektif disubordinasikan ke semua kewajiban anak perusahaan yang ada dan yang akan datang selain anak perusahaan GEAR, dan dijamin dengan agunan (tunduk pada hak gadai yang diizinkan).

Sekretaris Perusahaan Golden Energy Resources Pauline Lee menjelaskan bahwa penerbitan obligasi itu akan digunakan untuk membayarkan obligasi yang jatuh tempo pada 2023 senilai US$237,6 juta.

Selain itu, hasil dari penawaran itu juga akan digunakan untuk refinancing utang berdasarkan fasilitas pinjaman Mandiri termasuk bunga yang harus dan dan belum dibayar.

“Sementara itu, sisanya untuk tujuan korporasi umum, termasuk investasi untuk mengimplementasikan strategi pertumbuhan kami. Namun, untuk menghindari keraguan, hasil emisi obligasi ini tidak digunakan secara langsung atau tidak langsung setiap investasi dalam bisnis, proyek, atau aset batu bara,” tulis Pauline Lee dikutip dari keterangannya, Minggu (9/5/2021).

Sebelumnya, GEAR mendivestasikan 264.705.885 saham GEMS kepada Ascend Global Investment Fund SPC (ADSP) pada akhir Maret 2021. Adapun, jumlah tersebut setara 4,5 persen dari total kepemilikan saham GEAR atas GEMS.

Hal itu sebagai salah satu upaya untuk memenuhi ketentuan free float 7,5 persen dan membuka gembok perdagangan saham GEMS setelah tersuspensi lebih dari 3 tahun.

Dengan aksi divestasi itu, Bursa Efek Indonesia pun akhirnya membuka perdagangan saham GEMS pada 26 April 2021.

Sejak dibuka perdagangannya, GEMS melaju kencang hingga 51,76 persen. Pada penutupan perdagangan Jumat (7/5/2021) GEMS parkir di level Rp3.870, tidak berubah daripada perdagangan sebelumnya. Kapitalisasi pasar GEMS di posisi Rp22,76 triliun.

Di sisi lain, GEMS berhasil menorehkan kinerja ciamik pada kuartal I/2021. Pada periode tiga bulan pertama 2021, GEMS mencatatkan pertumbuhan pendapatan 20,4 persen menjadi US$381,24 juta dan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$98,69 juta, tumbuh 197,71 persen.

Dalam paparan publik beberapa waktu lalu, Presiden Direktur Golden Energy Mines Bonifasius mengatakan bahwa perolehan laba sepanjang kuartal I/2021 itu telah memenuhi 80 persen dari target laba perseroan pada tahun ini sebesar US$175 juta.

“Kami berharap lebih baik pada tahun ini. Kuartal I/2021 sudah cukup bagus karena harga [batu bara] masih naik dan permintaan juga bagus. Pada kuartal II/2021 kami tampaknya sudah di atas daripada budget kami tahun ini,” ujar Bonifasius saat paparan publik insidentil, beberapa waktu lalu.

Bonifasius mengharapkan permintaan dan harga batu bara di posisi tinggi dapat bertahan hingga akhir tahun ini. Adapun, permintaan itu diyakini akan didukung oleh permintaan dari China yang akan meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi Negeri Panda itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper