Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah dan mayoritas mata uang Asia lainnya meneruskan tren penguatan di tengah pelemahan dolar AS.
Pada penutupan perdagangan Jumat (7/5/2021), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 34 poin atau 0,24 persen ke level Rp14.285 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,123 poin atau 0,14 persen ke level 90,828 pada pukul 14.53 WIB.
Kemarin, rupiah ditutup menguat 0,8 persen atau 116 poin ke level Rp14.319 per dolar AS. Penguatan rupiah menjadikannya sebagai jawara Asia.
Ibrahim Assuaibi, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, menyampaikan penguatan rupiah didorong oleh dolar AS yang merosot ke level terendah satu minggu. Patokan imbal hasil Treasury AS 10-tahun turun mendekati level terendah dua minggu didukung data ekonomi positif dari AS.
Di AS, jumlah klaim pengangguran awal turun menjadi 498.000 orang, terendah sejak pertengahan Maret 2020 ketika Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi.
"Investor sekarang menunggu laporan ketenagakerjaan April, termasuk non-farm payrolls hari ini," tulisnya dalam publikasi riset, Jumat (7/5/2021).
Baca Juga
Dari dalam negeri, Bank Indonesia mencatat cadangan devisa pada April 2021 mencapai US$138,8 miliar, naik dari bulan sebelumnya US$137,1 miliae.
Peningkatan posisi cadangan devisa pada April 2021 terutama dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
BI memastikan posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 10,0 bulan impor atau 9,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Selain itu, posisi cadangan devisa ini berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Cadangan devisa yang kuat mencerminkan bahwa BI punya 'amunisi' yang kuat untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Saat nilai tukar stabil, investor akan lebih merasa aman dan nyaman berinvestasi di Indonesia," papar Ibrahim.