Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah saham indeks LQ45 masih menarik untuk dicermati investor seiring dengan fundamental dan valuasinya yang aktraktif sehingga dapat menjadi pilihan investasi sebelum libur lebaran 2021.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, dari 24 emiten konstituen indeks LQ45 yang telah merilis laporan keuangan kuartal I/2021, sebanyak 12 emiten berhasil mencetak pertumbuhan kinerja laba bersih.
Pertumbuhan laba bersih terbesar pada periode tiga bulan pertama 2021 berhasil diraih oleh PT Japfa Comfeed Indonesa Tbk. (JPFA) yang mencetak kenaikan laba bersih hingga 149,7 persen secara year on year.
Emiten unggas itu meraih laba bersih sebesar Rp858,66 miliar pada kuartal I/2021 dibandingkan dengan Rp343,87 miliar pada kuartal I/2020.
Selain itu, terdapat dua emiten anggota LQ45 yang berhasil mencetak laba, setelah merugi pada kuartal I/2020, yaitu PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA).
ANTM berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp630,37 miliar pada kuartal I/2021, berbanding terbalik dengan kuartal I/2020 yang merugi Rp281,83 miliar. Sementara itu, TPIA meraih laba bersih US$85 juta pada kuartal I/2021, lebih baik dibandingkan dengan rugi bersih pada periode yang sama 2020 sebesar US$17 juta.
Di sisi lain, jika lebih diperinci berdasarkan valuasi sahamnya dari 12 emiten itu, setidaknya terdapat 3 saham yang memiliki price to earning ratio (PER) menarik dibandingkan dengan lainnya atau tidak lebih dari 15 kali.
PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) memiliki PER 9,5 kali, PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) memiliki PER 12,8 kali, dan PT United Tractors Tbk. (UNTR) memiliki PER 13 kali.
Namun, secara keseluruhan 5 besar saham LQ45 yang memiliki valuasi murah atau PER di bawah 10 kali adalah PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) yaitu 6,18 kali, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dengan per 8,34 kali, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) sebesar 8,84 kali, PT Bank Tabungan Negara (BBTN) 9,48 kali, dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) sebesar 9,9 kali.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo mengatakan bahwa di tengah lesunya laju indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa perdagangan terakhir, saat ini merupakan momentum yang tepat untuk masuk ke saham LQ45 dengan tujuan investasi jangka menengah dan panjang.
Dia menjelaskan bahwa pasar modal dalam negeri saat ini dikelilingi katalis negatif seperti efek Sell in May bagi investor asing, sentimen Covid-19 yang belum mereda terutama di India, dan prospek ketidakpastian ekonomi global sehingga membuat saham bergerak menurun, termasuk LQ45.
Bahkan, saham perbankan terutama Himbara dan BBCA mengalami tren pelemahan kendati perbankan raksasa Indonesia itu menorehkan kinerja yang baik, secara annual tahunan 2020 dan kuartal I/2021.
“Saham-saham ini [LQ45], secara harga saat ini bisa memberikan imbal hasil yang sangat menarik di tahun-tahun mendatang, apalagi jika ekonomi Indonesia sudah pulih sepenuhnya,” ujar Frankie kepada Bisnis, Selasa (4/5/2021).
Dia menilai saham yang menarik untuk dicermati investor adalah BBNI, BBRI, UNTR, dan PTBA. Selain itu, GGRM dan UNVR juga menarik untuk dicermati lantaran harga kedua saham itu mendekati harga saat jatuh ke titik terendah tahun lalu akibat pandemi Covid-19.
Kinerja Kuartal II/2021
Secara terpisah, Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar juga menilai pergerakan IHSG secara keseluruhan masih akan cenderung sideways dalam jangka pendek.
Namun, dia melihat potensi perubahan tren menjadi cenderung lebih bullish pada akhir kuartal II/2021 hingga awal kuartal III/2021 seiring dengan perilisan laporan keuangan periode enam bulan pertama 2021 oleh emiten.
Hal itu pun didukung oleh Pemerintah Indonesia yang lebih optimistis terdapat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2021.
“Kinerja kuartal II/2020 itu merupakan kinerja titik terendah dari banyak emiten sehingga jika dibandingkan dengan kinerja emiten LQ45 diyakini akan jauh lebih baik pada kuartal II/2021, angka pertumbuhan potensi lebih besar,” ujar Anggaraksa kepada Bisnis.
Dengan demikian, kata dia, saat ini bisa dijadikan momentum beli karena beberapa saham sudah cukup terkoreksi dan masih banyak yang memiliki valuasi menarik.
Secara keseluruhan, dia menilai saham INDF, BBTN, dan MNCN menarik untuk diakumulasi seiring dengan valuasi PERnya yang di bawah 10 kali.
Selain itu, Analis Philips Sekuritas Anugerah Zamzami mengatakan bahwa secara agregat, konsensus memperkirakan pertumbuhan earning per share (EPS) bagi emiten yang tergabung dalam indeks LQ45 pada 2021 sebesar 38 persen.
Hal itu seiring dengan tahun ini yang merupakan tahun pemulihan ekonomi sehingga dapat ditranslasi ke laba setiap emiten.
Oleh karena itu, dia menilai hanya tinggal menunggu waktu investor akan mulai kembali masuk ke saham LQ45 dengan mempertimbangkan prospek fundamental.
“Setelah lebaran dan hingga akhir tahun, dengan potensi recovery ekonomi yang lebih lanjut dan translasi ke pertumbuhan laba emiten yang bagus juga, saham dapat masih menjadi pilihan lagi. Secara keseluruhan, peningkatan transaksi di pasar modal pun bisa diekspektasikan,” ujar Zamzami kepada Bisnis.