Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Tergelincir Setelah Fed Tahan Suku Bunga

Federal Reserve memupus harapan penurunan awal dalam pembelian obligasi bulanan dan secara keseluruhan berhati-hati tentang prospek inflasi dan ekonomi secara keseluruhan.
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (13/8/2019). Bloomberg/Andrew Harrer
Gedung bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Selasa (13/8/2019). Bloomberg/Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS tergelincir terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Federal Reserve memupus harapan penurunan awal dalam pembelian obligasi bulanan dan secara keseluruhan berhati-hati tentang prospek inflasi dan ekonomi secara keseluruhan.

Pada akhir pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) selama dua hari, Fed, seperti yang diperkirakan, mempertahankan suku bunga tidak berubah mendekati nol tetapi mengakui peningkatan dalam ekonomi AS.

Ketua Fed Jerome Powell, dalam sambutannya setelah pernyataan bank sentral, mengatakan ini bukan waktunya untuk berbicara tentang pengurangan pembelian asetnya. Pernyataan itu memicu penurunan lebih lanjut dalam dolar.

Greenback telah menguat sehubungan dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan pandangan bahwa program vaksinasi yang berhasil dan penguatan data ekonomi akan mendorong The Fed untuk berbicara tentang mengurangi pembelian obligasi lebih cepat daripada yang diperkirakan.

"Powell melemparkan air dingin pada pembicaraan tentang tapering (pengurangan bertahap stimulus bank sentral)," dan itu telah menjadi pendorong utama dalam pergerakan melemahnya dolar, kata Direktur Pelaksana Ron Simpson analisis mata uang global di Action Economics di Tampa, Florida.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun merosot menjadi 1,618 persen setelah komentar Powell.

"Jalur ekonomi akan sangat bergantung pada jalannya virus, termasuk kemajuan vaksinasi," kata Fed dalam pernyataannya. "Krisis kesehatan masyarakat yang sedang berlangsung terus membebani ekonomi dan risiko terhadap prospek ekonomi tetap ada."

Dalam perdagangan sore hari, indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,3 persen menjadi US4$90,576.

Euro menguat 0,3 persen menjadi US$1,2126, sedangkan dolar tergelincir 0,1 persen terhadap mata uang Jepang menjadi 108,59 yen.

"Seperti apa adanya, tidak ada di sini untuk mengubah pandangan kami bahwa Fed tidak akan mulai mengurangi pembelian aset bulanan sampai awal tahun depan dan tidak akan mulai menaikkan suku bunga hingga akhir 2023," kata Paul Ashworth, kepala ekonom AS di Capital Economics, dalam sebuah catatan yang dikirim setelah pernyataan Fed.

Powell juga menegaskan kembali bahwa kenaikan inflasi tahun ini bersifat sementara dan itu tidak akan memenuhi standar untuk menaikkan suku bunga.

"Pada titik tertentu, inflasi AS akan meningkat dan Powell sangat jelas tentang itu," kata Simpson dari Action Economics. "Tapi saya tidak berpikir itu akan terjadi dalam semalam dan ketika itu terjadi, itulah saat dimana imbal hasil obligasi akan bergerak lebih tinggi lagi," dan dolar akan bergerak lebih tinggi bersama mereka.

Di pasar mata uang kripto, ethereum mencapai rekor tertinggi baru US$2.747,01 pada Rabu (28/4/2021) setelah berita bahwa Bank Investasi Eropa telah mengumpulkan 100 juta euro (US$121 juta) dari penjualan obligasi digital dua tahun di jaringan publik blockchain ethereum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper