Bisnis.com, JAKARTA - Aset kripto telah menjadi komponen populer dalam portofolio investasi, bukan hanya bagi individu, melainkan juga perusahaan, bahkan sampai entitas negara sekali pun.
Lembaga edukasi kripto Pintu Academy mengungkap setidaknya ada empat alasan, kenapa aset digital yang tidak memiliki bentuk fisik seperti Bitcoin atau ETH itu bisa memiliki potensi imbal hasil yang signifikan.
Pertama, kelangkaan, di mana merupakan prinsip ekonomi dasar yang menentukan nilai. Sesuatu yang langka cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi. Sebagian besar kripto pun memiliki suplai maksimum yang ditetapkan di awal, yang membuatnya menjadi langka.
"Misalnya, Bitcoin memiliki batas maksimum 21 juta koin. Tidak seperti uang fiat yang dapat dicetak sesuai kebutuhan oleh pemerintah, suplai Bitcoin tidak bisa ditambahkan, sehingga menjadikannya langka dan berharga," jelas Tim Pintu Academy dalam keterangan resmi, Rabu (24/4/2024).
Sebagai contoh, Bitcoin baru-baru ini melewati peristiwa halving alias pemotongan separuh hadiah koin BTC bagi para penambang. Sejak 2012, sudah empat kali terjadi halving, demi memperlambat jumlah persediaan Bitcoin mencapai batas maksimal 21 juta koin.
Sekadar informasi, penambang merupakan entitas yang ikut membantu melakukan aktivitas validasi transaksi Bitcoin, dan mendapat imbalan koin baru atas setiap blok transaksi yang mereka selesaikan. Saat ini, mereka hanya akan mendapat imbalan 3,125 koin per blok, dari sebelumnya mendapat 6,25 koin per blok.
Baca Juga
Kedua, utilitas aset juga memainkan peran penting dalam menentukan nilai kripto. Biasanya, utilitas dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai media penyimpanan nilai dan sebagai alat pembayaran dalam transaksi sehari-hari.
"Contoh, platform seperti Ethereum telah menciptakan ekosistem finansial baru melalui aplikasi keuangan terdesentralisasi atau DeFi, dan aplikasi terdesentralisasi DApps, yang menawarkan berbagai fungsi dan manfaat," jelasnya.
Ketiga, teknologi inovatif blockchain yang mendasari kripto memberikan beberapa keuntungan seperti transparansi, desentralisasi, dan kemampuan untuk melakukan transaksi lintas batas tanpa perlu otoritas pusat atau biaya tambahan.
"Ini memungkinkan penggunaan global tanpa hambatan, menambah nilai tambah pada penggunaan sehari-hari," tambah Tim Pintu Academy.
Sebagai contoh, dalam platform Compound dan Aave yang merupakan platform pinjam-meminjam berbasis jaringan Ethereum, setiap pengguna token COMP dan AAVE bisa menjadi pemberi pinjaman dan mendapat imbalan sesuai bunga yang disepakati.
Artinya, lewat teknologi kripto, tidak perlu ada lembaga pihak ketiga seperti bank yang berperan mengumpulkan uang terlebih dahulu untuk mempertemukan kreditur dengan debitur. Setiap pengguna bisa secara bebas mengatur asetnya sendiri lewat sistem terdesentralisasi.
Terakhir, kripto dinilai mampu menjaga kepercayaan dan persepsi publik. Tak heran, kripto terbukti mampu jadi solusi di tengah negara yang sedang dalam kondisi krisis, mengalami lonjakan inflasi gila-gilaan atau nilai tukar mata uangnya semakin memburuk.
Selain itu, persepsi pasar dapat sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokoh teknologi dan investor besar, yang seringkali dapat mengubah harga suatu token kripto dengan satu pernyataan atau ciutannya di media sosial. Fenomena ini menunjukkan betapa pentingnya persepsi dan kepercayaan publik terhadap nilai kripto.