Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Vale Indonesia Tbk., mencatatkan pertumbuhan kinerja pada kuartal I/2021, baik dari sisi pendapatan maupun laba. Bagaimana rekomendasi sahamnya?
Perolehan laba dan pendapatan INCO pada tiga bulan pertama 2021 berada di bawah estimasi analis. Berdasarkan konsensus Bloomberg, laba bersih INCO pada kuartal I/2021 diproyeksi berada di posisi US$37,5 juta, sedangkan pendapatan sebesar US$210 juta.
Di lantai bursa, pada perdagangan Senin (26/4/2021) saham INCO parkir di level Rp4.310 naik 3,86 persen.
Dari 25 analis konsensus Bloomberg yang mengulas INCO, sebanyak 17 analis merekomendasikan beli, 7 analis merekomendasikan hold, dan 1 analis lainnya merekomendasikan jual.
Target harga INCO di level Rp6.308,82 per saham. Level itu mencerminkan potensi kenaikan 46,4 persen daripada posisi INCO saat ini.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, emiten berkode saham INCO itu membukukan pendapatan sebesar US$206,5 juta pada kuartal I/2021. Perolehan itu naik 18,2 persen dibandingkan dengan perolehan kuartal I/2020 sebesar US$174,65 juta.
Baca Juga
Kendati demikian, beban pokok pendapatan perseroan cenderung stabil menjadi sebesar US$154,81 juta pada kuartal I/2021 dibandingkan dengan US$154,17 juta pada kuartal I/2020.
Dari itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk INCO pada kuartal I/2021 sebesar US$33,69 juta. Pencapaian itu naik 16,35 persen dibandingkan dengan laba kuartal I/2020 sebesar US$28,95 juta.
Namun, arus kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi pada tiga bulan pertama 2021 sebesar US$39,11 juta, turun 50,2 persen daripada US$78,69 juta pada kuartal I/2020.
Di sisi lain, total liabilitas INCO pada akhir kuartal I/2021 di posisi US$272,82 juta, lebih rendah daripada posisi akhir 2020 sebesar US$294,27 juta.
Total liabilitas itu terdiri atas US$123,44 juta liabilitas jangka panjang dan US$149,38 juta liabilitas jangka pendek.
Sementara itu, total aset naik menjadi US$2,32 miliar pada akhir kuartal I/2021 dibandingkan dengan posisi akhir 2020 sebesar US$2,31 miliar.
Dari sisi kinerja operasional, INCO mencatatkan produksi nikel pada kuartal I/2021 sebesar 15.198 ton. Volume roduksi tersebut lebih rendah 14 persen dibandingkan dengan perolehan periode yang sama tahun lalu sebesar 17.614 ton.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kuartal IV/2020 produksi juga turun 8 persen dari posisi 16.445 ton.
Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan bahwa penurunan produksi tersebut terjadi karena adanya aktivitas pemeliharaan. Kendati menurun, Nico menilai perseroan tetap berhasil mempertahankan kinerja operasionalnya di tengah pandemi Covid-19.
“Pada kuartal I/2021, perseroan berhasil mempertahankan keandalan operasionalnya setelah upaya kami menangani pandemi Covid-19 yang semakin terarah. Kami bersyukur atas pencapaian ini,” ujar Nico dikutip dari keterangan resminya, Senin (19/4/2021).
Adapun, pada 2021 perseroan menargetkan produksi nikel sebesar 64.000 ton. Target tersebut juga lebih rendah daripada realisasi produksi 2020 sebesar 72.237 ton.
Perseroan merencanakan membangun kembali salah satu tanur listrik atau furnace 4 yang sempat tertunda pada tahun lalu.
Untuk diketahui, INCO menunda proyek peremajaan furnace 4 yang semula direncanakan berjalan pada kuartal IV/2020, menjadi akan dilaksanakan pada Mei 2021.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.