Bisnis.com, JAKARTA – Peningkatan hasil penawaran pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) hari ini, Selasa (20/4/2021) menandakan mulai membaiknya kondisi pasar serta minat investor terhadap surat utang Indonesia.
Berdasarkan siaran pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pemerintah telah melakukan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara. Lelang hari ini merupakan lelang sukuk negara kedelapan di tahun 2021.
Hasilnya, total penawaran yang masuk senilai Rp17,9 triliun untuk enam seri SBSN yang terdiri atas 1 surat perbendaharaan negara syariah (SPN-S) dan lima project based sukuk (PBS). Jumlah tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan hasil penawaran pada lelang sebelumnya sebanyak Rp14,55 triliun.
Terkait hal tersebut, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menjelaskan, hasil lelang sukuk pada hari ini cukup baik meskipun sedikit dibawah ekspektasinya. Kenaikan hasil penawaran ini merupakan cerminan membaiknya kondisi pasar obligasi domestik.
Salah satu sentimen utama yang mempengaruhi hasil lelang hari ini adalah melambatnya penguatan imbal hasil (yield) obligasi AS atau US Treasury. Hal ini terjadi menyusul komitmen bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang akan tetap melakukan pembelian obligasi dalam jumlah besar.
Ia memaparkan, komitmen The Fed membuat pergerakan yield US Treasury mulai melambat. Menurutnya, kombinasi sentimen ini dengan likuiditas pasar obligasi Indonesia yang terjaga membuat minat investor untuk mengikuti lelang sukuk negara hari ini sedikit mengalami perbaikan.
Baca Juga
“Memang investor masih ada yang wait and see karena kondisi pasar saat ini yang cukup fluktuatif. Tetapi, hasil lelang pada hari ini menunjukkan perbaikan, dan ini merupakan hal yang positif,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (20/4/2021).
Ramdhan melanjutkan, investor pada sektor perbankan terlihat masih menjadi pemain dominan pada lelang ini. Hal tersebut terlihat dari banyaknya penawaran yang masuk pada sukuk-sukuk tenor pendek seperti PBS027 dan PBS017.
Menurut Ramdhan, sektor perbankan cenderung memilih sukuk tenor pendek mengingat kondisi pasar yang masih cukup volatil. Ia mengatakan, seri sukuk bertenor pendek terbilang lebih aman dalam kondisi pasar yang kurang stabil.
“Sektor perbankan mengambil tenor pendek juga karena likuiditas yang ada saat ini dan melihat tren pasar saat ini dengan kondisi suku bunga rendah,” pungkasnya.