Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan pelaku pasar memberikan pandangan beragam terkait lesunya perdagangan saham yang dikaitkan dengan popularitas aset kripto di Tanah Air.
Komisaris Utama PT HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan kedua hal tersebut memang berkaitan karena memang banyak investor retail yang baru saat ini sedang mengalihkan sebagian investasi dan transaksi dari bursa saham ke kripto.
“Popularitas cryptocurrency saat ini memang sedang meningkat dan lagi happening banget. Sehingga minat masyarakat yang sebelumnya tidak mengenal apa itu crypto jadi tertarik untuk ikut dan mempelajari lebih lanjut,” tutur Sutopo ketika dihubungi Bisnis, Kamis (15/4/2021)
Dia menuturkan, peningkatan popularitas aset kripto terutama disebabkan harga kripto yang terus naik, baik itu Bitcoin maupun Altcoin lainnya.
“Momentum kripto saat ini memang lagi gila-gilanya dengan bisa naik 100 hingga 1000 persen dalam waktu singkat, sehingga membuat para investor baru tertarik untuk mencobanya,” tambahnya.
Di lain sisi, dia melihat kondisi para emiten pasar modal saat ini sedang sedikit lesu dan sideway di tempat dengan kecenderungan sedikit terkoreksi, seiring pasar saham global memang cenderung lesu karena saat ini dolar AS sedang perkasa.
Baca Juga
Akan tetapi, Sutopo menilai kedua instrumen memiliki momentumnya masing-masing dan fluktuasi transaksi memang wajar terjadi. Menurutnya ketika pasar saham kembali menguat maka secara otomatis investor berpotensi kembali ramai bertransaksi di saham.
“Namanya market baik itu pasar saham ataupun pasar kripto itu pasti akan ada momentumnya masing-masing dan akan silih berganti untuk naik ataupun turun,” katanya.
Sementara itu, CEO Indodax Oscar Darmawan mengatakan saat ini transaksi Bitcoin di pasar global memang tengah meningkat dan terjadi hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Namun, menurutnya hal tersebut bukan menjadi penyebab transaksi saham sepi.
Oscar mengatakan, meski tengah naik, volume transaksi Bitcoin di Indonesia tidak naik terlalu besar karena faktor masyarakat yang belum terlalu teredukasi seputar Bitcoin, yang mana hanya segelintir orang yang aktif mentransaksikan mata uang kripto tersebut.
“Transaksi Bitcoin di Indonesia sendiri sebenarnya tergolong kecil, yaitu hanya 1 persen dari transaksi volume global. Kenaikan volumenya tidak terlalu signifikan dibandingkan tahun 2017 lalu,” kata Oscar dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Kamis (15/4/2021)
Oscar juga sekaligus membantah kabar yang mengatakan bahwa transaksi saham turun karena naiknya transaksi kripto di Indonesia. Dia menyebut kenaikan transaksi kripto lebih dikarenakan tren global seiring penguatan harga Bitcoin.
Di sisi lain, Oscar menilai tipe trader kripto sendiri berbeda dengan trader saham sehingga para pelaku pasar saham tak perlu khawatir mengenai kenaikan popularitas kripto di Tanah Air.
"Trader kripto lebih high risk high gain. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal fenomena ini," ujarnya.
Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menilai tren aset kripto tak memberikan pengaruh signifikan terhadap transaksi saham, sebab tak ada bukti yang menyatakan para investor memang mengalihkan dananya dari pasar saham domestik ke aset-aset kripto.
Menurutnya, sepinya transaksi di pasar saham lebih karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum sesuai harapan. Di sisi lain, pasar global khususnya AS tengah jauh lebih menarik, salah satunya dengan tren kenaikan imbal hasil US Treasury.
“Jadi dana lari keluar terutama ke AS. Kalau investor lokal mungkin karena lebih berhati-hati. Serba takut juga kali ya,” ujar Wahyu.