Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyebaran Covid-19 Kembali Melonjak, Rupee India Semakin Loyo

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (15/4/2021), nilai tukar rupee terhadap dolar AS anjlok menembus 75 per dolar AS untuk pertama kalinya selama 8 bulan. Sepanjang April, rupee telah terkoreksi 2,6 persen dibandingkan penurunan 0,1 persen pada kuartal I/2021.
Mata uang rupee India. Istimewa
Mata uang rupee India. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Performa nilai tukar mata uang rupee India kini menjadi yang terburuk di wilayah Asia setelah mencatatkan kinerja gemilang pada kuartal I/2021 lalu. Potensi pelemahan yang berkelanjutan terbuka seiiring dengan lonjakan kasus virus corona mengancam perekonomian India.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (15/4/2021), nilai tukar rupee terhadap dolar AS anjlok menembus 75 per dolar AS untuk pertama kalinya selama 8 bulan. Sepanjang April, rupee telah terkoreksi 2,6 persen dibandingkan penurunan 0,1 persen pada kuartal I/2021.

Performa rupee yang relatif baik pada kuartal I/2021 disebabkan oleh kemampuan India menekan sentimen lonjakan kenaikan imbal hasil US treasury. Hal tersebut terjadi berkat neraca yang surplus, pemulihan ekonomi, dan derasnya aliran dana asing.

Kondisi penyebaran virus corona di India kian memburuk setelah jumlah kasusnya melampaui Brasil di urutan kedua dunia. Kebijakan pembatasan pergerakan yang kembali ditetapkan akan kembali menekan permintaan serta mendorong ekonomi pada posisi kontraksi.

Sementara itu, laporan ICICI Bank Ltd., menyebutkan, penurunan nilai tukar rupee diperberat dengan sikap pasar yang melepas posisi short dolar AS terhadap rupee India. Jumlah posisi tersebut diperkirakan telah mencapai US$50 miliar. Kondisi ini juga membebani penerbit obligasi berdenominasi dolar AS (dollar bond) di negara tersebut.

Head of Treasury Federal Bank Ltd., V Lakshmanan mengatakan, nilai tukar rupee berpotensi menyentuh 76 per dolar AS akhir tahun ini.

“Perekonomian akan terdampak lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Kami menganggap enteng dampak pandemi virus corona,” ujarnya, dikutip dari Bloomberg.

Pelaku pasar mengkhawatirkan momentum positif untuk rupee kini telah pudar. Lonjakan harga komoditas berpotensi membalikkan kondisi neraca menjadi defisit. Sementara itu, keputusan bank sentral India yang melanjutkan quantitative easing dinilai akan memperburuk kondisi rupee karena melimpahnya likuiditas.

Di sisi lain, Head of FX and Emerging Markets Macro Strategy Research Barclays Plc., Ashish Agrawal mengatakan, bank sentral India kemungkinan akan mengurangi beban pelemahan rupee dengan menggunakan cadangan devisa.

“Reserve Bank of India (RBI) kemungkinan akan menjual mata uang dolar AS karena kebijakan ini relatif terlalu besar,” jelasnya.

Agrawal memprediksi rupee akan kembali menguat ke level 73 per dolar AS pada akhir tahun. Menurutnya, pelemahan saat ini merupakan aksi susulan dari India setelah mata uang Asia lain mengalaminya sepanjang Maret lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper