Bisnis.com, JAKARTA - Transaksi saham diperkirakan semakin menurun pada saat Bulan Ramadan berlangsung.
Direktur MNC Asset Management Edwin Sebayang menyampaikan IHSG diperkirakan akan bergerak cenderung melemah dalam kisaran terbatas dengan nilai dan volume perdagangan yang tipis pada Senin (12/4/2021).
Hal ini terjadi menyusul turunnya EIDO, dan beberapa harga komoditas seperti minyak -0,44%, emas -0,80%, CPO -0,74%, batu bara -0,75%, timah -0,36%, dan nikel -1,07% di tengah kembali naiknya yield obligasi AS tenor 10 tahun dan terdepresiasinya rupiah menuju level Rp14.600.
"Sepinya perdagangan akan berlangsung selama bulan Ramadhan hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri dibulan Mei. Aksi sporadis hanya akan terjadi kepada saham-saham tertentu," paparnya dalam publikasi riset, Senin (12/4/2021).
Menurut Edwin, faktor yield obligasi, pergerakan harga komoditas, nilai tukar rupiah, dan laporan keuangan kuartal I/2021 akan menjadi faktor penggerak IHSG hingga Lebaran nanti.
Pada hari ini, dia merekomendasikan beli terhadap saham BBNI, JPFA, SILO, MEDC, ADHI, MYOR, BJBR, AGII, SRTG, BMRI, dan SSIA.
Baca Juga
Sementara itu, nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia perlahan turun dari level tertinggi yang sempat dicapai pada awal tahun.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan kemarin mengalami kenaikan sebesar 0,98 persen pada level 6.070,209 dari 6.011,456 pada pekan sebelumnya.
Namun, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) Bursa mengalami koreksi 10,52 persen menjadi Rp9,51 triliun dari Rp10,628 triliun pada pekan lalu.
Investor asing pada Jumat (9/4/2021) mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp32,99 miliar, sedangkan sepanjang tahun 2021 investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp8,853 triliun.
Nilai transaksi harian itu sudah menyusut sejak Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) bursa sempat menyentuh Rp20,02 triliun pada awal tahun.
Direktur Perdagangan dan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menjelaskan lonjakan transaksi harian pada awal tahun didorong oleh sentimen January Effect yang merupakan faktor musiman.
Selain itu, euforia program vaksinasi yang saat ini sedang berjalan juga direspons positif karena bakal mendongkrak kembali pertumbuhan ekonomi.
“Setelah itu, uforia menyusut dan investor menunggu hasil nyata dalam hal data-data perbaikan ekonomi. Selain itu emiten juga belum melaporkan laporan keuangan 2020 sehingga market masih wait and see,” kata Laksono baru-baru ini.
Belum lagi, sambung Laksono, wacana pembatasan mudik selama libur lebaran juga mempengaruhi penilaian investor terkait dengan pemulihan ekonomi yang lebih cepat.
Penurunan transaksi harian itu pun berdampak pada penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang sempat menyentuh 6.435 pada Januari 2021.
Kendati demikian, Laksono mengingatkan bahwa penurunan transaksi di pasar saham ini tidak hanya terjadi di Indonesia.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.