Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diprediksi Sulit Menguat Pekan Depan

Nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak sideways seiring dengan pasar yang menanti rilis data dalam negeri seperti penjualan ritel dan neraca dagang.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (3/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi tidak akan mengalami perubahan signifikan sepanjang pekan depan.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 30 poin atau 0,21 persen ke level Rp14.565 per dolar AS pada Jumat (9/4/2021). 

FX Senior Dealer Bank Sinarmas Deddy mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi pada akhir pekan lalu mengikuti pergerakan mata uang regional yang juga terkoreksi terhadap dolar AS. 

Menurutnya, hal ini disebabkan oleh rilis data ekonomi AS seperti inflasi produsen pada Jumat kemarin yang melebihi perkiraan. Hal tersebut menyebabkan data ekonomi AS menunjukan tanda pemulihan dari pandemi virus corona.

Untuk pekan depan, Deddy mengatakan rupiah masih akan bergerak sideways seiring dengan pasar yang menanti rilis data dalam negeri seperti penjualan ritel dan neraca dagang.

"Pasar juga masih menanti data ekonomi AS seperti US Core CPI dan Trade Balance," katanya saat dihubungi pada Minggu (11/4/2021). 

Deddy memprediksi, nilai tukar rupiah akan berada di rentang Rp14.525 - Rp14.625.

Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya mengatakan, pelemahan rupiah pada pekan lalu disebabkan oleh komentar Gubernur The Fed, Jerome Powell, yang membela sikap dovish bank sentral.

Di sisi lain, klaim pengangguran di AS secara tak terduga naik menjadi 744.000, lebih tinggi dari 680.000 klaim dalam perkiraan yang disiapkan oleh Investing.com dan 728.000 klaim yang diajukan selama minggu sebelumnya.

Sementara itu, dari dalam negeri, Bank Indonesia hari ini merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menunjukkan perbaikan.

Pada Maret 2021, BI mengumumkan IKK berada di 93,4. Meningkat dibandingkan dengan 85,8 dan 84,9 pada Februari dan Januari 2021.

IKK di bulan Maret menunjukkan tanda perbaikan, namun konsumen cenderung masih pesimistis atau belum percaya diri memandang perekonomian saat ini hingga enam bulan mendatang.

Adapun, pada Rabu lalu, BI melaporkan cadangan devisa per akhir Maret sebesar US$ 137,1 miliar, turun US$ 1,7 miliar dari Februari. Menurut BI, penurunan cadangan devisa utama terjadi karena pembayaran utang luar negeri pemerintah yang jauh tempo.

Di sisi lain, dampak pelarangan mudik 2021 akan berpengaruh besar bagi ekonomi dan bisa menekan ekonomi kuartal II/2021. Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 7 persen sampai 8 persen.

Selain  efektivitas pelarangan mudik juga masih menjadi perhatian pasar. Apabila pengawasannya tidak maksimal, maka potensi mobilitas warga masih akan besar dan kasus covid-19 bisa kembali meningkat.

Untuk perdagangan Senin (12/4/2021) besok, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah masih akan melemah di rentang Rp14.545 - Rp14.590.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper