Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah kondisi pasar yang masih volatil di beberapa bulan pertama tahun ini, manajer investasi pun melancarkan sejumlah strategi untuk menjaga dana kelolaan alias asset under management (AUM) mereka.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai dana kelolaan atau asset under management (AUM) produk reksa dana secara industri per 31 Maret 2021 ada di posisi Rp564,87 triliun.
Realisasi tersebut menurun 0,86 persen dari posisi akhir bulan sebelumnya yakni sebesar Rp570,79 triliun. Adapun jika dibandingkan posisi akhir 2020 lalu, AUM industri reksa dana tercatat menyusut 1,34 persen dari level Rp573,54 triliun.
Presiden Direktur BNI Asset Management Putut Endro Andanawarih mengatakan meski secara industri dana kelolaan sedikit tergerus, keinginan investor untuk berinvestasi pada reksa dana terus bertumbuh.
“Berdasarkan jumlah investor dan nominal investasi pada agen penjual reksa dana di kelas aset saham justru meningkat dan tentunya angka ini juga akan berdampak kepada pertumbuhan pada reksa dana kelas aset pendapatan tetap,” katanya kepada Bisnis, Jumat (9/11/2021)
Sejalan dengan kondisi tersebut, Putut menyebut BNI AM fokus memperluas kanal distribusi ke APERD serta kepada institusi yang memiliki portofolio dan strategi investasi ke produk investasi sesuai dengan profil risiko dari masing-masing investor.
“Tentunya juga dengan berinovasi kepada produk baru maupun alternatif di pasar modal yang sesuai dengan kebutuhan investor,” imbuh dia.
Lebih lanjut Putut mengatakan, dari sisi investor, baik investor ritel maupun investor institusi menjadi prioritas perseroan saat ini karena keduanya memiliki karakteristik masing-masing.
Dia menjelaskan, investor ritel termasuk ke dalam kategori sticky dan mempunyai horizon investasi jangka panjang yang tentunya dengan strategi investasi diversifikasi dan cost averaging akan membuat hasil investasinya lebih optimal.
“Pertumbuhan nasabah ritel yang cukup pesat membuat industri reksa dana saat ini justru semakin menarik mengingat jumlah nasabah ritel yang besar akan mencetak pertumbuhan dari sisi pendapatan dan AUM industri reksa dana ke depannya, tutur Putut.
Sementara untuk nasabah institusi, doa melihat kebutuhan akan cash management baik untuk produk yang spesifik dengan target imbal hasil yang beragam tentunya diperlukan agar kebutuhan akan produk tersebut dapat terpenuhi.