Bisnis.com, JAKARTA - Analis menilai pelemahan rupiah hari ini masih disebabkan oleh kecenderungan arus modal keluar asing (foreign capital outflow) di pasar obligasi.
Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (29/3/2021), rupiah di pasar spot terdepresiasi 0,19 persen menjadi Rp14.445 per dolar AS. Sejak awal tahun, rupiah melemah 2,81 persen. Di sepanjang hari perdagangan rupiah bergerak pada rentang Rp14.416 - Rp14.452 per dolar AS.
Macroeconomic Analyst Bank Danamon Irman Faiz menjelaskan faktor pelemahan rupiah hari ini masih disebabkan oleh arus modal asing yang cenderung keluar dari pasar obligasi Tanah Air.
Adapun, outflow yang terjadi di pasar obligasi menyusul kenaikan yield obligasi AS bertenor 10 tahun atau US Treasury belakangan ini walaupun sempat turun setelah data inflasi di Negeri Paman Sam tak setinggi perkiraan.
“Tapi, kami melihat lelang Treasury Notes di AS masih akan tinggi untuk kebutuhan stimulus US$1,9 triliun. Jadi, tekanan [ke rupiah] masih akan ada,” kata Faiz kepada Bisnis, Senin (29/3/2021).
Apalagi, lanjut Faiz, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen di kongres mengatakan kenaikan yield Treasury AS ini tidak menjadi kekhawatiran (concern) keduanya. Artinya, para pembuat kebijakan di Negeri Paman Sam memandang fenomena yield ini suatu hal yang wajar.
Baca Juga
Kendati demikian, Faiz mengingatkan bahwa Indonesia masih memiliki cadangan devisa yang memadai serta neraca perdagangan yang surplus. Keduanya dinilai bakal dapat menahan laju pelemahan rupiah.
Faiz memperkirakan rupiah bakal bisa bergerak stabil pada kisaran Rp14.350 - Rp14.450 per dolar AS pada Selasa (30/3/2021).