Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) menanggapi atas turunnya peringkat surat utang perseroan oleh lembaga pemeringkatan Moody's dan Fitch pada pekan kemarin. Perseroan tengah berupaya kembali menaikkan penilaian peringkat utangnya.
Direktur Sri Rejeki Isman Allan M. Severino menuturkan emiten bersandi SRIL ini mengklarifikasi beberapa hal terkait penurunan peringkat dari dua lembaga pemberi rating utang tersebut.
"Saat ini, PT Sri Rejeki lsman Tbk masih melanjutkan proses perpanjangan sindikasi dengan Mandated Lead and Arranger Bank (MLAB)," jelasnya dalam keterbukaan informasi, Senin (29/3/2021).
Menurutnya, belum terselesaikannya perpanjangan sindikasi senilai US$350 juta tersebut merupakan faktor utama yang membuat Lembaga Rating menurunkan peringkat Perseroan ke B3 dari B1 (Moody's) dan B-dari BB-(Fitch).
"Kami berharap klarifikasi kami ini dapat diterima dengan baik oleh pihak PT Bursa Efek Indonesia. Demikian penjelasan kami," imbuhnya.
Fitch juga telah menurunkan peringkat bond Sritex yang beredar dan yang diusulkan menjadi 'B-' / 'RR4' dari 'BB-'. Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia telah menurunkan Peringkat Nasional Jangka Panjang Sritex menjadi 'BB (idn)' dari 'A + (idn)'. Peringkat ini telah ditempatkan di Rating Watch Negative (RWN).
Baca Juga
Berdasarkan situs fitchratings.com, penurunan peringkat didasarkan pada peningkatan risiko likuiditas dan risiko pembiayaan kembali atau refinancing yang timbul dari ketidakpastian sehubungan dengan perpanjangan pinjaman sindikasi Sritex senilai US$350 juta yang jatuh tempo pada Januari 2022. RWN mencerminkan ketidakpastian pelaksanaan rencana pembiayaan kembali.
"Peringkat Nasional 'BB' menunjukkan peningkatan risiko gagal bayar relatif terhadap emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama," ungkap keterangan tersebut, dikutip Bisnis, Jumat (26/3/2021).
Peringkat atas wesel yang diusulkan ditarik pada saat yang sama dengan penerbitan tidak dilanjutkan dan telah dibatalkan.
Adapun, perpanjangan pinjaman sindikasi mengalami ketidakpastian karena profil kredit Sritex berada di bawah tekanan karena ketidakpastian tentang meningkatnya penundaan dalam penyelesaian perpanjangan pinjaman sindikasi senilai US$350 juta, yang jatuh tempo pada Januari 2022. Pada November 2020, Sritex meminta perpanjangan pinjaman hingga Januari 2024.
"Kami memahami bahwa Sritex telah memperoleh beberapa persetujuan pemberi pinjaman, sejumlah US$205 juta per 23 Maret 2021. Namun, penundaan penandatanganan telah menyebabkan penurunan peringkat multi-notch karena tidak ada kesepakatan akhir, dan dalam konteks sentimen negatif terhadap Sektor tekstil Indonesia," urainya.
Di sisi lain, terdapat tekanan likuiditas karena pembaruan jalur modal kerja merupakan bagian integral dari modal kerja dan likuiditas Sritex, sementara perseroan juga memiliki sejumlah jalur modal kerja yang berakhir pada tahun 2021.
Moody's juga telah menurunkan peringkat ke B3 dari B1 dengan peringkat untuk obligasi senior US$150 juta tanpa jaminan yang jatuh tempo pada tahun 2024, yang diterbitkan oleh Golden Legacy Pte. Ltd. dan dijamin tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali oleh Sritex dan anak perusahaannya.
Kedua, surat utang senior tanpa jaminan senilai US$225 juta yang jatuh tempo pada 2025, dikeluarkan oleh Sritex dan dijamin tanpa syarat dan tidak dapat ditarik kembali oleh semua anak perusahaan yang beroperasi.
Analis Moody's dan Analis Utama Sritex Stephanie Cheong menuturkan semua peringkat tetap dalam peninjauan untuk penurunan lebih lanjut.
"Penurunan peringkat mencerminkan likuiditas Sritex yang terus-menerus lemah dan meningkatnya risiko pembiayaan kembali karena penundaan yang berkelanjutan dan material lebih lanjut dengan latihan perpanjangan pinjamannya, "katanya, Senin (22/3/2021).
Kajian untuk penurunan lebih lanjut mencerminkan berlanjutnya ketidakpastian terkait untuk rencana pembiayaan kembali atau refinancing. Tinjauan peringkat akan fokus pada kemajuan Sritex dalam mengatasinya jatuh tempo hutang yang akan datang.
Fokus tinjauan ke depan, terangnya ada 5 hal. Pertama, kemajuan diskusi Sritex dengan pemberi pinjaman untuk memperpanjang tanggal jatuh tempo pinjaman sindikasi.
Kedua, kemajuan Sritex diskusi dengan pemberi pinjaman tentang pinjaman bilateral baru. Ketiga, kemampuan Sritex untuk memperbarui lini modal kerja jangka pendek yang akan berakhir hingga 2021.
Keempat, manajemen modal kerja Sritex dan kemampuan menghasilkan uang tunai; dan kelima, pelaksanaan rencana pendanaan alternatif.