Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan Rabu (24/3/2021). Rupiah tertekan aksi beli dolar AS sebagai safe haven para investor.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,2 persen atau 28,5 poin ke level 14.425 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di rentang Rp14.422,5-Rp14.460. Secara tahun berjalan nilai tukar rupiah sudah melemah 2,67 persen.
Adapun indeks dolar AS pada pukul 15.29 WIB menguat 0,24 persen atau 0,223 poin ke level 92,567.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan sejumlah faktor eksternal membuat rupiah melemah terhadap dolar AS. Dolar AS sebagai safe-haven mendekati level tertinggi selama empat bulan terakhir karena kekhawatiran atas gelombang Covid-19 ketiga di Eropa.
Selain itu, potensi kenaikan pajak AS dan meningkatnya ketegangan antara Barat dan China yang melemahkan selera risiko.
"Kekhawatiran atas laju pemulihan pandemi juga meningkat setelah badan kesehatan AS mengatakan vaksin AstraZeneca Plc mungkin menyertakan informasi yang sudah ketinggalan zaman dalam datanya," paparnya, Rabu (24/3/2021).
Baca Juga
Pelarian ke safe haven dolar AS ini mendapat dorongan tambahan ketika Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan kepada anggota parlemen bahwa kenaikan pajak di masa depan akan diperlukan untuk membayar proyek infrastruktur dan investasi publik lainnya.
Pernyataan tersebut membantu menjinakkan imbal hasil Treasury AS, dengan patokan merosot ke 1,6048 persen pada Rabu, melanjutkan penurunannya dari tertinggi lebih dari satu tahun di 1,7540 persen yang disentuh minggu lalu.
Selain itu, sanksi hak asasi manusia terhadap China yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, Eropa dan Inggris, yang mendorong sanksi pembalasan dari Beijing, menambah kekhawatiran pasar.
Dari sisi internal, Bank Indonesia sudah cukup baik dalam menjaga kondisi ini, terlihat pelemahan mata uang rupiah tidak menimbulkan kepanikan, ini dikarenakan sudah tidak ada lagi amunisi bank sentral untuk menahan rupiah agar tidak melemah.
"Ada beberapa pilihan buat bank Indonesia untuk menstabikan mata uang rupiah yaitu menaikkan suku bunga, melepaskan rupiah atau mengontrol modal. Kalau menaikan suku bunga untuk saat ini belum bisa di jalankan karena saat ini Indonesia dalam masa pemulihan dan akan memperburuk ekonomi dalam negeri," paparnya.
Selain itu, guna menopang pertumbuhan ekonomi kembali berjalan perlu ada keberanian untuk membuka PPKM Mikro terutama di Jawa-Bali berdasarkan wilayah yang sudah mengalami penurunan dalam Covid-19.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi, tetapi ditutup melemah di rentang Rp.14.400 - Rp.14.470," urainya.