Bisnis.com, JAKARTA - Rencana emisi saham baru melalui penambahan modal baik dengan atau tanpa hak memesan efek terlebih dahulu semakin marak sepanjang tahun berjalan 2021.
Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya terdapat 17 emiten yang berencana mengemisi saham baru. Sejumlah 2 di antaranya akan menggelar aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Sementara itu, selebihnya 15 emiten akan menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Adapun, tujuan penerbitan saham baru cukup beragam, antara lain untuk keperluan ekspansi, menutup kewajiban, hingga untuk memenuhi ketentuan free float.
Head of Investment Reswara Gian Investa Kiswoyo Adie Joe mengatakan bahwa pelaksanaan emisi saham baru oleh para emiten saat ini dinilai cukup prospektif.
Dia menjelaskan, selama posisi indeks harga saham gabungan (IHSG) masih berada di atas level 6.000, kondisi pasar cukup kondusif sehingga prospek penyerapan emisi itu diyakini masih akan baik.
Baca Juga
Namun, pelaksanaan emisi saham baru, terutama aksi rights issue, akan kembali bergantung terhadap kehadiran pembeli siaga dari setiap aksi.
“Kalau sudah punya pembeli siaga tidak jadi masalah, kalau tidak ada dan hanya bergantung kepada pasar tentu akan menimbulkan kekhawatiran penyerapan. Kalau tidak ada pembeli siaga, emiten mungkin harus menyiapkan alur cerita dan pemasaran yang baik supaya diserap baik,” ujar Kiswoyo kepada Bisnis, Rabu (24/3/2021).
Hari ini, IHSG terpantau parkir di level 6.156,14 setelah anjlok 1,54 persen atau 96,57 poin. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam kisaran 6.143,38-6.239,55.
Meski terkoreksi 3 sesi beruntun, IHSG masih naik 2,96 persen sepanjang 2021 dan tumbuh 19,55 persen dalam 6 bulan terakhir.