Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bitcoin Tembus US$60.000, Terdorong Stimulus Biden

Harga Bitcoin di New York menembus US$61.080 pada, Minggu (14/3/2021) waktu setempat.
Ilustrasi Bitcoin diletakkan di atas lembaran uang dolar AS./REUTERS-Dado Ruvic
Ilustrasi Bitcoin diletakkan di atas lembaran uang dolar AS./REUTERS-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar Bitcoin berhasil menembus US$60.000 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, lantaran didorong oleh sentimen penerbitan stimulus ekonomi Pemerintah Amerika Serikat.

Seperti dilansir dari Bloomberg, harga Bitcoin di New York menembus US$61.080 pada, Minggu (14/3/2021) waktu setempat. Sejumlah pengamat menyebutkan, lonjakan harga mata uang kripto tersebut disebabkan oleh  langkah Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang bantuan pandemi senilai US$1,9 triliun.

Kondisi ini membuat para investor makin mengabaikan risiko pergerakan harga yang cenderung spekulatif dari mata uang kripto.

Sekadar catatan, setelah mengakhiri tahun lalu dengan lonjakan pada kuartal keempat sebesar 170 persen menjadi sekitar US$29.000, Bitcoin meroket menjadi US$40.000 pada pekan pertama 2021.

"Ketahanan Bitcoin terbukti menjadi legenda, Setiap koreksi adalah kesempatan untuk mengatur ulang dan memulai kembali pergerakan ke atas,”  kata Antoni Trenchev, salah satu pendiri Nexo di London.

Adapun, nilai tukar Bitcoin naik sekitar 1.000 persen dalam satu tahun terakhir di tengah tanda-tanda meningkatnya minat sejumlah institusi seperti salah satunya Tesla yang mendorong investor ikut memburunya.

Para investor kini menjadikan mata uang kripto sebagai aset safe haven yang mirip dengan emas, sehingga dapat bertindak sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan nilai tukar dolar AS.

Investor miliarder Mike Novogratz, yang menjalankan Galaxy Digital Holdings Ltd., mengatakan bahwa Bitcoin dapat mencapai $ 100.000 pada akhir tahun.

“Penerbitan stimulus dan dukungan tanpa henti Elon Musk menjadi sebagian sentimen yang mengirim Bitcoin naik di atas level $ 60.000,” kata Ed Moya, analis pasar senior di Oanda Corp.

Kendati demikian, sejumlah pakar memperingatkan bahaya gelembung (bubble) dari aset semacam mata uang kripto. Fenomena tersebut, sempat terjadi pada medio 2017-2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper